REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Forum Pimpinan Pertanian Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FPIP-PTM) Budy Wiryono mengapresiasi kinerja sektor pertanian Indonesia yang mampu tumbuh positif di tengah lesunya ekonomi global akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Karena itu, Budy mengajak semua pihak untuk menjaga momentum ini agar petani terus meningkatkan produksi.
"Sesungguhnya pertanian Indonesia itu sudah teruji dengan berbagai kondisi di mana selama pandemi berlangsung sektor ini masih bertahan dan mampu meningkatkan devisa negara," ujar Budy pada webinar Propaktani, Sabtu (16/4/2022).
Budy mengatakan sektor pertanian adalah sektor yang sangat penting karena menjadi tempat bergantungnya kehidupan masyarakat Indonesia. Karena itu, sektor pertanian harus mendapat perhatian khusus baik dari sisi hulu maupun hilir.
"Jangan sekali-kali mengabaikan sektor pertanian karena jika produksinya terganggu bukan tidak mungkin akan menimbulkan instabilitas politik dan harga-harga menjadi naik," katanya.
Melihat berbagai kondisi ini, forum perguruan tinggi Muhammadiyah siap berkolaborasi dengan Kementan untuk mengawal ketersediaan pangan di seluruh Indonesia. Terutama dalam menghadapi hari besar keagamaan seperti hari raya Idulfitri 2022 mendatang.
"Berdasarkan visi dan misi kami, tentu ada banyak hal yang bisa kita kolaborasikan bersama dengan jajaran Kementan. Di antaranya mendukung kurikulum belajar kampus merdeka, mendukung riset, publikasi, dan turun langsung ke lapangan untuk membantu petani meningkatkan produksi," jelas Budy.
Sebelumnya Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memastikan ketersediaan 12 bahan pokok dalam kondisi aman dan terkendali. Tidak ada kekurangan apalagi kelangkaan. Bahkan di saat bersamaan, para petani di sejumlah daerah tengah menggelar panen raya sehingga kondisi beras nasional diperkirakan melimpah.
Sebagai informasi, berdasarkan catatan BPS Nilai Tukar Petani (NTP) pada bulan Maret tahun 2022 meningkat 109,29 atau naik 0,42 persen (MtoM). Meningkatnya NTP menandakan bahwa indeks harga yang diterima petani jauh lebih tinggi jika dibandingkan indeks yang dibayar petani.
Sama halnya dengan NTP, Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) juga mengalami kenaikan sebesar 109,25 atau naik 0,67 persen. Kenaikan NTUP dipengaruhi naiknya komoditas kelapa sawit, cabai rawit, cabai merah, dan telur ayam ras.