Jumat 15 Apr 2022 08:53 WIB

Ikappi Minta Pemerintah Pusatkan Data Pasokan Pangan di NFA

Ikappi menilai dengan pemusatan data pangan Pemerintah jadi mudah buat kebijakan

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pedagang melayani pembeli cabai rawit merah di Pasar Senen, Jakarta. Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menilai data pangan di Indonesia masih semrawut. Pasalnya, masih terdapat tumpang tindih data antar kementerian dan lembaga yang menangani pangan.
Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA
Pedagang melayani pembeli cabai rawit merah di Pasar Senen, Jakarta. Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menilai data pangan di Indonesia masih semrawut. Pasalnya, masih terdapat tumpang tindih data antar kementerian dan lembaga yang menangani pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menilai data pangan di Indonesia masih semrawut. Pasalnya, masih terdapat tumpang tindih data antar kementerian dan lembaga yang menangani pangan.

Wakil Sekretaris Jenderal Ikappi bidang Pembinaan dan Pendidikan Pedagang Pasar, Achmad Choirul Furqon, mengatakan, pihaknya mengarapkan agar Badan Pangan Nasional (NFA) dapat menjadi satu-satunya lembaga pemerintah yang menghimpun data ketersediaan pangan.

Baca Juga

"Kami berharap NFA sebagai lembaga baru yang berkoordinasi dengan Presiden secara langsung menjadi sebuah badan rujukan data ketersediaan pangan nasional," kata Furqon dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, Jumat (15/4/2022).

Ikappi menilai, dengan data pasokan pangan yang terpusat pada satu lembaga, diyakini pemerintah akan lebih mudah dalam merumuskan kebijakan.

"Data pangan nasional kita dapat dikatakan masih tidak satu pintu. Padahal, ketahanan pangan ini adalah isu prioritas nasional, apabila data masih belum terpusat tentu akan kesusahan untuk pengambilan kebijakan,” katanya menambahkan.

Lebih lanjut, Ikappi kembali mengingatkan pemerintah agar meningkatkan kewaspadaan menjelang Hari Raya Idul Fitri pada awal Mei mendatang. Pasalnya, akan ada tahapan kenaikan permintaan yang berimbas pada naiknya harga bahan pokok.

Furqon menuturkan, fase pertama kenaikan harga pangan saat jelang Ramadhan telah terlewati dan saat ini merupakan masa transisi fase kedua yakni tiga hari sebelum Lebaran. Pada fase kedua, harga akan mengalami lonjakan tinggi.

"Saat ini sedang memasuki fase dingin harga pangan. Namun jangan dilupakan, menjelang Idul Fitri masyarakat memiliki kecenderungan bahwa pedagang dan masyarakat mempersiapkan beragam macam hidangan, hal ini menjadikan munculnya permintaan yang tinggi dan lonjakan harga akan terjadi," katanya.

Adanya fluktuasi harga tersebut tentunya dinilai wajar, namun harus tetap diwaspadai oleh pemerintah.

"Pemerintah harus mempersiapkan ketersediaan bahan pangan yang saat ini stoknya minim. Jangan sampai nanti terlupakan dan menjadikan adanya kelangkaan barang, itu akan membuat harga terbang," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement