Sejak 2017, Nararya Ciputra Sastrawinata menjabat sebagai salah satu direktur di Ciputra Group, perusahaan yang dirintis kakeknya, mendiang Ciputra. Berkarier di perusahaan keluarga memang menjadi keinginannya sejak belia. Dunia properti sudah diakrabinya sejak kecil karena kedua orang tuanya, Rina Ciputra dan Budiarsa Sastrawinata, sering mengajaknya ke berbagai aktivitas perusahaan, seperti acara launching atau survei proyek. Dari sini, terpupuk ketertarikannya pada dunia properti.
“Kami anak-anaknya sering diajak. Jadi, memang sudah lama bersentuhan dengan bisnis properti, dan kebetulan saya juga suka sehingga setelah lulus kuliah jadi sudah inline seperti itu,” ungkap Nararya.
Walau menjadi generasi ketiga di bisnis keluarga, mencapai posisi pimpinan di perusahaan ini tidak diperolehnya secara tiba-tiba. Nararya telah menempuh berbagai pengalaman dan tempaan dalam mengasah kualitasnya.
Lulusan Teknik Mesin Pesawat, Imperial College London, ini sempat bekerja di perusahaan konsultan engineering di Inggris selama satu tahun, kemudian bergabung ke bisnis keluarga pada 2009. Dia menjalani debutnya di Ciputra Group pada proyek CitraRaya Tangerang sebagai Business Development Officer.
Di proyek ini, Nararya banyak belajar tentang seluk-beluk bisnis properti karena tugasnya bersinggungan dengan departemen lain. Mulai dari pembebasan tanah, perhitungan rencana bisnis, keuangan, desain bangunan, konstruksi, hingga pemasaran, semua didapatnya. “Posisi ini menjadi tempat yang bagus untuk belajar, karena proyek ini sudah lama berjalan dari tahun 1990-an sehingga timnya sudah mapan,” katanya.
Namun, pengalaman yang lebih mendalam didapatnya ketika terlibat dalam salah satu proyek Ciputra Group di luar negeri. Pada akhir 2009, perusahaan menggarap proyek di Shenyang, China. Ini menjadi salah satu proyek besar yang didapatkan Ciputra Group di luar negeri. Luasnya sekitar 300 hektare. Dengan demikian, penggarapannya pun cukup menantang karena perusahaan memulainya dari tahap awal, yakni mulai dari negosiasi dengan Pemerintah China, membentuk perseroan, hingga akhirnya berhasil ke tahap penjualan dan serah-terima.
Saat itu di umur yang masih sangat muda, Nararya dipercaya ikut terlibat menyukseskan proyek tersebut. “Ini suatu kesempatan yang jarang juga, mendapatkan proyek seluas ini. Menurut ayah saya, ini kesempatan yang bagus untuk saya langsung terjun memulai proyek dari nol,” tuturnya. Dia mengakui, pengalamannya terbentuk lengkap setelah menangani proyek satu cycle bisnis sebagai developer properti tersebut.
“Itu proyek pertama saya terlibat sejak awal. Tantangannya cukup besar karena waktu itu kan belum punya brand di sana, belum dikenal siapa pun. Pengalaman di situ sangat membentuk saya,” katanya mengenang. Kemudian, pada 2013 dia kembali ke Jakarta dan dipercaya menangani proyek-proyek baru lainnya.
Seiring perjalanan, kompetensi Nararya yang semakin komplet, dan sebagai generasi penerus yang tergolong milenial, turut memberikan sentuhan baru bagi Ciputra Group yang telah mapan di bisnis properti. Dia mampu menjembatani isu era milenial, seperti perilaku kerja yang berbeda, keinginan pasar yang berubah, hingga perkembangan teknologi digital, kepada perusahaan.
“Saya bisa lebih nyambung dengan hal-hal ini. Nah, ini salah satu tugas saya, untuk mengintroduksi ke keluarga bahwa ada cara-cara kerja baru seperti ini. Saya bisa usulkan kalau ada ide perubahan ke mereka. Orang tua saya juga sangat terbuka untuk mendiskusikan tentang ini,” dia menjelaskan.
Salah satu ide yang ikut digagasnya adalah aspek digital pada proses kerja yang saat ini telah diterapkan di semua departemen. Misalnya, di departemen konstruksi yang telah memanfaatkan aplikasi untuk pengawas lapangan, yang memungkinkan monitoring pembangunan unit ataupun infrastruktur bisa di-update atau diakses secara daring. Berkat adanya aplikasi ini, pihaknya bisa menangani lebih banyak rumah, akurasi yang lebih tinggi, dan data yang disimpan jauh lebih lengkap karena dokumentasi foto dan GPS tracking-nya jauh lebih mudah.
Contoh lainnya pada quantity surveyor. Berkat digitalisasi yang diterapkan, tidak lagi diperlukan banyak kertas sehingga lebih efektif dan optimal. Begitu juga pada sisi pemasaran, menerapkan inhouse CRM, online product knowledge ke broker, dan sebagainya. “Digitalisasi bisa membantu sehingga pengambilan keputusan bisa lebih cepat. Semua ini muncul pada generasi saya dan kakak saya,” ungkapnya.
Menurut Nararya, penyesuaian terhadap hal-hal baru itu bisa dilakukan karena memang perusahaan terbuka terhadap perubahan. Orang tuanya menanamkan prinsip bahwa jangan takut berubah jika bermanfaat untuk kemajuan perusahaan.
“Orang tua sering bilang jangan takut berubah kalau memang itu lebih bagus. Saya juga menerapkannya dengan teman-teman di kantor, bahwa kalau ide baru, jangan takut untuk menyampaikannya, dan kita harus siap dengan segala perubahan,” tuturnya.
Saat ini Nararya ikut mengelola sejumlah proyek yang masih terus dikembangkan. Di antaranya, proyek gedung perkantoran di Kemayoran, Jakarta Pusat; perumahan di Samarinda dan Banjarmasin; Apartemen Nagoya di Batam; dan CitraGarden Puri di Jakarta Barat.
Menurutnya, permintaan di sektor properti akan terus bertambah seiring penambahan populasi karena properti merupakan kebutuhan dasar manusia. Walaupun tahun 2020 sempat menurun karena pandemi, dia melihat tahun 2022 akan lebih baik daripada tahun 2021 yang juga sudah menunjukkan pertumbuhan.
Pihaknya pun mencermati bahwa tiga tahun terakhir tren yang naik ada pada rumah tapak untuk segmen menengah dan menengah-atas. Dia juga telah menyesuaikan strategi dalam menghadapinya.
“Maka, secara proporsi kami shift sedikit, misalnya yang menengah-bawah mungkin dulunya 30% maka sekarang jadi 25%, yang menengahnya dulu 35% jadi 50%. Makanya, kami bisa menjaga pendapatan. Inilah untungnya proyek skala besar, secara estate management lebih terjaga secara jangka panjang,” Nararya menjelaskan.
Selain itu, pihaknya juga berupaya mengimbangi tren kebutuhan dari para pembeli milenial. Berdasarkan pengamatannya, milenial sekarang lebih menyukai rumah yang sudah jadi, termasuk ada furniturnya, sehingga siap huni. Maka, pihaknya menyediakan pula fully furnish pada apartemen dan rumah tapak yang dikembangkannya.
“Kami turut mengimbangi tren ini. Ada juga desain yang disesuaikan dengan kondisi pandemi. Misalnya, menghadirkan bukaan sirkulasi udara atau ruang yang bisa digunakan untuk bekerja dari rumah,” paparnya.
Menghadapi situasi pandemi, pihaknya pun mempelajari teknik digital marketing, termasuk mengombinasikan antara online dan offline. Nararya mengakui, porsi pengeluaran untuk pemasaran digital bertambah demi mendongkrak penjualan. Pihaknya melengkapi tim penjualan dengan marketing tools sesuai dengan kebutuhan calon pembeli, seperti 3D views, e-brochure, virtual 360 yang langsung bisa berinteraksi antara sales dan calon pembeli, QR Code, dan video. Hasilnya tidak mengecewakan, penjualan dari kanal daring meningkat.
“Di beberapa proyek ada yang sampai 50:50 antara penjualan dari digital marketing dan offline marketing, yang kalau dibandingkan, dulu mungkin hanya 20:80. Pasar sudah lebih menerima (metode ini),” ungkapnya.
Di luar properti, cucu laki-laki Pak Ci ini juga ikut mengelola proyek Ciputra Group di bidang lain, di antaranya Century 21, Ciputra Artpreneur, dan Ciputra Hospital. Di luar Ciputra Group, dia juga tergabung dalam perusahaan modal ventura Kolibra sejak 2019.
Untuk tahun 2022 ini, Nararya mengungkapkan, targetnya adalah terus meningkatkan penjualan serta memuluskan dua proyek anyar yang baru ditandatangani, yaitu di Sentul dan Cisauk, juga beberapa proyek lain yang sedang finalisasi untuk kerjasama lahan. “Saat ini sedang diolah dan berharap bisa diluncurkan segera. Di samping itu, proyek-proyek existing juga jalan terus,” katanya. (*)