REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI — Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan negaranya akan berinvestasi sebesar 42 miliar dolar AS atau sekitar Rp 602 triliun ke India selama lima tahun ke depan. Kesepakatan ini diharapkan meningkatkan perdagangan bilateral.
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, Sabtu (19/3/2022) Kishida mengatakan rencana investasi akan membawa manfaat pada beberapa industri. Mulai dari pengembangan infrastruktur kota sampai energi hijau.
Kishida juga mengatakan kedua belah menegaskan kembali komitmen Jepang dan India untuk memperkuat keamanan di seluruh kawasan Indo-Pasifik. Kedua kepala pemerintahan itu juga membahas krisis yang saat ini terjadi di Ukraina.
"Kami mendiskusikan situasi di Ukraina, serangan Rusia merupakan persoalan serius karena mengguncang norma-norma internasional," kata Kishida.
India mengatakan hubungan dengan Jepang merupakan kunci stabilitas kawasan. Dua negara itu anggota the Quad, aliansi empat negara dengan Amerika Serikat dan Australia untuk menahan pengaruh China.
India satu-satunya anggota Quad yang tidak mengencam Rusia dalam invasinya ke Ukraina. New Delhi memilih untuk tidak berpihak dan abstain dalam pemungutan suara resolusi di Majelis Umum PBB untuk mengkritik Presiden Vladimir Putin.
Sementara itu Jepang memberlakukan sejumlah sanksi finansial untuk mengisolasi Rusia. Termasuk memperketat kendali ekspor produk teknologi canggih.
Dari tahun 2000 sampai 2019 investasi Jepang di India menyentuh 32 miliar dolar AS atau Rp 458 triliun. Sebagian besar untuk sektor otomotif, peralatan elektronik, telekomunikasi, bahan kimia, asuransi dan farmasi. Jepang juga mendukung pembangunan infrastruktur di India seperti proyek kereta cepat.
Berdasarkan data pemerintah perdagangan bilateral antara Jepang dan India pada tahun 2019 hingga 2020 mencapai 11,87 miliar dolar AS atau Rp 170 triliun. Ekspor India dari Jepang sebesar 3,94 miliar dolar AS atau Rp 56 triliun sementara impor India ke Jepang mencapai 7,89 miliar dolar AS atau Rp 113 triliun.