REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Invasi militer Rusia terhadap Ukraina telah menyebabkan terjadinya lonjakan harga komoditas dunia secara signifikan. Hal ini mengingat Rusia adalah produsen komoditas-komoditas utama seperti minyak, gas alam, nikel, gandum, dan minyak biji bunga matahari.
Batu bara, tembaga, dan palladium juga mencapai harga tertinggi sepanjang masa, dengan minyak dan nikel menyentuh level tertinggi dalam lebih dari 10 tahun terakhir. Kondisi ini membuat para pelaku pasar mengkhawatirkan terjadinya potensi stagflasi yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
Bahkan negara-negara perekonomian maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan zona Eropa, telah mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi sejak kuartal III 2021 lalu. Namun Indonesia justru akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga batu bara, nikel, dan CPO, mengingat terdapat potensi peningkatan capital inflow.
Di tengah memanasnya situasi geopolitik di kawasan Eropa Timur dan rencana penaikan suku bunga The Fed, Mirae Asset Sekuritas memperkirakan tren kenaikan IHSG akan terus berlanjut di bulan Maret. Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan IHSG akan mampu menembus level 7.000.
Baca juga : Ini Perbandingan Label Halal Indonesia dengan Negara Lain
"Penguatan IHSG akan ditopang lonjakan harga komoditas sebagai imbas sanksi yang diterima Rusia dan musim laporan keuangan tahun 2021 yang akan mencapai puncaknya pada bulan ini," kata Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Martha Christina dikutip Ahad, (13/3/2022).
Untuk bulan Maret, Mirae Asset Sekuritas mempertahankan rekomendasi di dua sektor, yaitu perbankan dan pertambangan batu bara. Selain itu ada juga rekomendasi dua sektor lain, yaitu pertambangan logam dan perkebunan. Dengan emiten pilihan BBCA, BBRI, BMRI, BBNI, ITMG, PTBA, ADRO, ADMR, ANTM, INCO, AALI dan LSIP.
Penguatan harga komoditas terutama batu bara, nikel dan CPO membuat sahamnya menarik untuk dicermati, karena menjanjikan kinerja yang bagus di kuartal pertama tahun ini. Sementara itu, saham perbankan akan tetap menjadi penopang IHSG, didukung ekspektasi penyaluran kredit serta raihan laba yang tetap bertumbuh di tahun ini. Di tahun 2021, IHSG berhasil menguat 10 persen (yoy) dan ditutup di level 6.581.
Berdasarkan Research Report Mirae Asset Sekuritas Indonesia yang dipublikasikan pada Desember 2021, target IHSG di akhir tahun 2022 di level 7.600, yang artinya ada potensi penaikan 15,5 persen secara tahunan. Target IHSG berdasarkan asumsi pertumbuhan laba bersih sebesar 18 persen yoy untuk tahun 2022 dan 10 persen yoy untuk tahun 2023.
Baca juga : Inggris Minta Lebih Banyak Perusahaan Setop Investasi di Rusia
Di sisi lain, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menambahkan, kebijakan pengetatan dari Federal Reserve (The Fed) masih akan menjadi perhatian pelaku pasar pada bulan Maret ini. Menurutnya, kebijakan The Fed yang tidak terlalu agresif mulai bulan ini tidak akan terlalu berdampak pada terjadinya capital outflow.
"Hal ini karena kinerja fundamental makroekonomi Indonesia yang cenderung solid," ujar Nafan. Data makroekonomi Indonesia menunjukkan tingkat inflasi di tanah air masih terkendali, surplusnya kinerja neraca perdagangan, neraca pembayaran, maupun transaksi berjalan, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir tahun ini secara umum masih cenderung membentuk pola V-shape.
Pertumbuhan PDB Indonesia pada kuartal I 2022 diproyeksikan berada pada level 4,87 persen sementara outlook pertumbuhan ekonomi 2022 diproyeksikan berada pada level 5 persen. Sedangkan inflasi tahunan Indonesia tercatat 2,06 persen (yoy).