REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejak pagi warga Yogyakarta terutama kaum ibu sudah mendatangi Operasi Pasar Minyak Goreng dan Gula yang diselenggarakan PT LPP Agro Nusantara di Pendopo Agung Royal Ambarukmo, Jalan Adi Sucipto, Yogyakarta. Mereka tak sabar menebus minyak goreng yang disiapkan PTPN Group dengan harga jauh lebih murah dari harga di pasar.
PT LPP Agro Nusantara adalah anak usaha Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) yang bergerak dalam Pengembangan SDM dan Manajemen Agribisnis. Hadir pada operasi pasar Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Dwi Sutoro, Board of Management PT LPP Agro Nusantara Pranoto Hadi Raharjo (Direktur), Sosiawan Hary Kustanto (SEVP Business Support), Pugar Indriawan (SEVP Operation).
Kelangkaan dan tingginya harga minyak goreng memang masih dijumpai di beberapa lokasi di penjuru nusantara, termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Seorang ibu menuturkan, di pasar harga minyak goreng masih terasa memberatkan, padahal minyak goreng yang dihasilkan dari kelapa sawit ini merupakan salah satu bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat untuk kebutuhan dapur.
“Itu kan kalau di pasar masih Rp 40 ribu per dua liter. Syukur Alhamdulillah di sini hanya Rp 14 ribu per liternya, atau Rp 28 ribu saja per 2 liter,” katanya dikutip dari siaran pers, Rabu (23/2/2022).
Untuk membantu meringankan beban ekonomi masyarakat Yogyakarta, PTPN Group menyiapkan 2.000 liter minyak goreng dan 2.000 kilogram (kg) gula merek Nusakita pada kegiatan ini. Di sela kegiatan operasi pasar, Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara, Dwi Sutoro, menjelaskan sejak Januari lalu PTPN Group sudah dan terus memasarkan 6.000 ton minyak goreng per bulan dengan harga terjangkau ke berbagai wilayah. Dari jumlah tersebut 4.000 ton di antaranya minyak goreng kemasan dan 2.000 ton minyak goreng curah.
Untuk sementara 80 persennya memang masih untuk memenuhi kebutuhan di Sumatera Utara sampai Aceh, lantaran pabrik PT Industri Nabati Lestari (PT INL) selaku anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara yang memproduksi minyak goreng berlokasi di Sumatera Utara.
“Operasi pasar murah minyak goreng ini kami utamakan di wilayah Sumatera Bagian Utara, karena PT Industri Nabati Lestari, anak perusahaan kami yang memproduksi minyak goreng berada di Sumatera Utara sehingga biaya logistik lebih murah. Saat ini kami lakukan operasi pasar di Yogyakarta, sekaligus ini menjadi bagian dari upaya kami untuk melakukan penetrasi pasar di wilayah Jawa. Pada operasi pasar ini, kami menjual minyak goreng kemasan premium dengan harga Rp 14 ribu per liter dan yang kemasan sederhana Rp 13.500 per liter. Mulai Februari ini karena kebutuhan luar biasa kita jual minyak curah juga atas izin Kementerian Perdagangan dengan harga Rp 11.500 per liter,” ujar Dwi Sutoro.
Kepada media di Jakarta beberapa waktu lalu Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara, Mohammad Abdul Ghani, menyampaikan Operasi Pasar Minyak Goreng ini merupakan bagian dari komitmen Holding Perkebunan Nusantara selaku BUMN yang memiliki kebun tebu dan kelapa sawit, untuk menjalankan amanat Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) dari komoditas Crude Palm Oil (CPO) sebagai bahan baku minyak goreng.
"Misi besar ini merupakan misi sosial PTPN Group dalam rangka membantu masyarakat di tengah meningkatnya harga Crude Palm Oil (CPO) yang berdampak pada meningkatnya harga minyak goreng di pasaran, tentunya kondisi ini membuat daya beli masyarakat menurun sehingga kami melakukan operasi pasar ini," ujar Mohammad Abdul Ghani, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara kepada media di Jakarta.
Minyak goreng merk Nusakita diproduksi oleh PT Industri Nabati Lestari (PT INL) sebagai anak usaha Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero). PT INL yang berpusat di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Medan, Sumatera Utara ini telah melakukan beberapa terobosan dalam proses stabilisasi harga komoditas olahan kelapa sawit, khususnya minyak goreng di dalam negeri. Dengan kapasitas produksi yang dimiliki tersebut, PT INL mampu memenuhi kurang lebih dua persen per tahun dari kebutuhan minyak goreng rumah tangga.