REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkasa Pura (AP) II (Persero) tahun ini memasuki tahap kedua dalam menyiapkan masterplan Eco Airport 2021 - 2030. Direktur Teknologi AP II Agus Wialdi mengatakan tahun ini tengah mengkaji pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di sejumlah bandara yang dikelola.
“Rencana Implementasi PLTS Atap tahap kedua dengan potensi kapasitas sebesar 3.7 Mwp. Saat ini sedang dalam kajian teknis,” kata Agus kepada Republika, Ahad (20/2/2022).
Dia menjelaskan rencananya pemasangan PLTS atap pada tahun ini ada di tujuh bandara. Ketujuh bandara tersebut yakni Bandara Soekarno-Hatta dengan potensi kapasitas 910,1 Kwp, Bandara Kualanamu Medan dengan potensi kapasitas 908,1 Kwp, Bandara Minangkabau dengan potensi kapasitas 470 Kwp, Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dengan potensi kapasitas 600 Kwp, Bandara Sultan Iskandar Muda Aceh, dengan potensi kapasitas 340 Kwp, Bandara Supadio dengan potensi kapasitas 330 Kwp, dan Bandara Halim Perdanakusuma dengan potensi kapasitas 227,3 Kwp.
Agus menuturkan rencana pemasangan PLTS atap ada di semua bandara tersebut dan masih terus dikaji dengan pihak terkait. “Kajian ini baik terkait dengan daya terpasang PLN juga menyangkut ekspor impor daya juga intensitas cahaya matahari dan lainnya,” jelas Agus.
Dia memastikan, dalam melaksanakan proyek tersebut, AP II masih sama seperti tahun lalu dalam pendanaan penerapan Eco Airport. Agus menuturkan AP II akan melaksanakan penerapan PLTS fase kedua dengan skema bisnis kerja sama dalam bentuk sewa dengan investor.
“Penerapan PLTS pada tahapan saat ini nanti tanpa dana sendiri dari AP II,” ujar Agus.
Sebelumnya, AP II sudah menerapkan PLTS atap di tiga bandaranya pada 20221. Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengatakan. PLTS pada fase pertama dipasang di atap bangunan di sejumlah gedung di Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Kualanamu, dan Bandara Banyuwangi dengan kapasitas 1,83 MWp.
Selanjutnya pada fase kedua pada 2022, AP II merencanalan penggunaan PLTS atap mencapai EBT 3,78 MWp. Lalu pada Fase Ketiga yaitu 2023-2025 direncanakan pemanfaatan PLTS di atas tanah (ground mounted) berkapasitas 18,69 MWp dan PLTS terapung (floating) berkapasitas 1,8 MWp.
“Di dalam pemanfaatan EBT ini, AP II mempersiapkan 3 aspek penting yakni SDM, proses, dan teknologi,” ujar Awaluddin.
Terkait penggunaan teknologi kelistrikan, AP II saat ini juga telah membangun sistem yang dinamakan Monitoring System of Airport and Non-Airport Threshold Electrical Infrastructure. Awaluddin mengatakan sistem tersebut dibuat untuk mengendalikan dan memonitor secara real time penggunaan energi di lingkungan AP II.
Awaluddin menilai, penggunaan EBT yang sangat efisien dari sisi biaya akan sangat membantu bandara dalam menghadapi tantangan akibat pandemi Covid-19. Dia menuturkan, liatrik merupakan salah satu kontributor terbesar biaya operasional di bandara
“Penggunaan teknologi dan keunggulan dari sisi biaya membuat pemanfaatan EBT dapat meningkatkan daya saing bandara-bandara AP II di era Industri 4.0,” jelas Awaluddin.
Sementara itu, Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Bob Saril mengatakan transisi ke pemanfaatan EBT memerlukan dukungan seluruh pihak. Bob menilai, daam transisi tersebut membutuhkan kerja sama komponen masyarakat yang sangat penting.
“Adanya kerja sama dalam hal regulasi, masalah pendanaan, serta teknologi yang juga harus mendukung,” tutur Bob.