Sabtu 19 Feb 2022 09:16 WIB

Musim Dingin Kripto Telah Tiba, Miliarder Ini Gak Setuju: Masih Banyak Aktivitas & Kegembiraan

Namun, pengusaha kripto miliarder Sam Bankman-Fried mengatakan bahwa ini justru "musim gugur" kripto, bukan "musim dingin".

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Sam Bankman-Fried, miliarder kripto. (Twitter/financelygroup)
Sam Bankman-Fried, miliarder kripto. (Twitter/financelygroup)

Bitcoin dan cryptocurrency lainnya telah jatuh sejak mencapai rekor tertinggi pada bulan November, karena investor bersiap untuk Fed menaikkan suku bunga karena bergulat dengan inflasi yang sangat panas. Hal ini menyebabkan banyak pihak menganggap "musim dingin kripto" telah tiba.

Namun, pengusaha kripto miliarder Sam Bankman-Fried mengatakan bahwa ini justru "musim gugur" kripto, bukan "musim dingin".

Penurunan tajam dan volume perdagangan yang lebih rendah di bursa telah menimbulkan asumsi "musim dingin kripto" yaitu periode ketika harga turun dan tetap rendah selama satu tahun atau lebih.

Baca Juga: Pernah Sebut Kripto Racun Tikus, Warren Buffett Jilat Ludah Sendiri: Investasi di Bank Khusus Kripto

"Saya tidak berpikir ini benar-benar musim dingin. Kami masih melihat banyak aktivitas di ruang ini, dan banyak kegembiraan," ujar Bankman-Fried sebagaimana dikutip dari Yahoo Finance di Jakarta, Jumat (18/2/22).

Sebaliknya, dia mengatakan "musim gugur" mungkin cara yang lebih baik untuk manyampaikan. Karena ia melihat adanya perlambatan.

Pria berusia 29 tahun yang memiliki kekayaan USD25 miliar (Rp358 triliun) ini mengatakan kebijakan Fed adalah pendorong tunggal terbesar pasar crypto saat ini.

Cryptocurrency telah jatuh tajam di samping penurunan saham di perusahaan teknologi yang tumbuh cepat tetapi tidak menguntungkan. Ini disebabkan karena The Fed bersiap untuk mengakhiri stimulus yang mendorong investasi berisiko pada tahun 2020 dan 2021.

Investor telah bergerak ke arah taruhan yang lebih sensitif secara ekonomi, seperti pada saham dan komoditas bank. Bitcoin telah jatuh dari hampir USD69.000 (Rp989 juta) pada bulan November menjadi sekitar USD46.000 (Rp659 juta) pada hari Rabu kemarin, dan token utama lainnya seperti ethereum telah mengalami penurunan serupa.

"Sejauh ini kebijakan Fed tetap menjadi salah satu pendorong inti pergerakan pasar, saya pikir kita akan terus melihat korelasi yang cukup kuat selama beberapa bulan ke depan, mungkin,," kata Bankman-Fried.

Perlambatan kripto apa pun tidak mengurangi antusiasme investor untuk pertukaran FTX Bankman-Fried. Awal bulan ini, ia mengumpulkan USD400 juta (Rp5,7 triliun) dari perusahaan investasi besar hingga mencapai penilaian USD32 miliar (Rp458 triliun).

Bankman-Fried mengatakan kepada Insider bahwa ada sedikit perlambatan aktivitas perdagangan di FTX. Meski demikian, dia berkata bahwa volume perdagangan tidak turun banyak.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement