REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan di Indonesia mencatat kenaikan transaksi Local Currency Settlement (LCS) dalam beberapa tahun terakhir. Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi meyakini tren penggunaan LCS untuk transaksi bilateral akan terus naik progresif.
"Tren penggunaannya terus meningkat sejak 2018, polanya akan terus naik seperti yang kita catatkan, baik dari sisi volume perdagangan maupun konversi valasnya," katanya dalam Seminar Managing Risk of the Exit Policy Dynamic through More Diversified Currency to Support Global Trade and Investment, Rabu (16/2).
Menurut dia, penggunaan LCS sudah mencapai porsi 42 persen dari penyelesaian kesepakatan transaksi bilateral negara-negara rekanan. Pertumbuhannya juga mencapai 172 persen dibanding 2020.
Total volume transaksi konversi valas LCS per 11 Februari 2022 secara year to date tercatat sebesar 122,63 juta dolar AS dengan jumlah 895 transaksi. Terbesar dilakukan dengan China sebesar 84,4 juta dolar AS, Jepang sebesar 27,6 juta dolar AS, Malaysia sebesar 9,8 juta dolar AS, dan Thailand sebesar 800 ribu dolar AS.
"Kami perkirakan pertumbuhannya bisa 30 persen di tahun ini, harus kita dorong terus dan proyeksi kita akan banyak juga transaksi yang pakai payung LCS di 2022," katanya.
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja menambahkan BCA mencatat kenaikan tren penggunaan LCS seiring dengan sosialisasi pada nasabah. Dengan edukasi produk yang semakin masif, maka semakin banyak yang akan menggunakan.
Jahja mengatakan perdagangan dengan empat negara rekanan LCS saat ini sudah merepresentasikan pangsa sekitar 41 persen. Dengan tambahan negara lain maka volume LCS akan semakin meningkat.
"Dengan China, Jepang, Malaysia, Thailand ini sudah cukup besar, nanti step by step bisa dengan Korea Selatan, India, Taiwan yang nilai perdagangannya cukup besar juga, bisa mencapai 70-80 persen," katanya.
BCA mencatat penggunaan LCS tumbuh sekitar 41 persen pada 2021. Kedepan, BCA akan meningkatkan persuasi pada nasabah dan memberikan dorongan semangat untuk memanfaatkan LCS.
Bagaimana pun, kata Jahja, para nasabah pengguna, pengusaha eksportir importir, ini juga harus belajar dalam implementasinya. Seperti mengubah hal-hal administratif dalam pembukuan yang tadinya konversi ganda melalui dolar AS dan kini langsung cross currency.