Selasa 08 Feb 2022 14:26 WIB

Ini Asal Pundi-Pundi BTN Bisa Kantongi Laba Bersih Capai Rp 2,37 Triliun

Laba bersih BTN ditopang kredit dan penurunan NPL Gross BTN

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Haru Koesmahargyo. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 2,37 triliun pada 2021. Adapun realisasi ini tumbuh 48,3 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,6 triliun.
Foto: Dok BTN
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Haru Koesmahargyo. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 2,37 triliun pada 2021. Adapun realisasi ini tumbuh 48,3 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,6 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 2,37 triliun pada 2021. Adapun realisasi ini tumbuh 48,3 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,6 triliun.

Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan kenaikan laba bersih ditopang oleh penyaluran kredit yang tumbuh 5,66 persen, dari Rp 260,11 triliun pada 2020 menjadi Rp 274,83 triliun pada 2021. 

“Pertumbuhan kredit tersebut disertai dengan penurunan non performing loan (NPL) Gross BTN sebesar 3,70 persen pada 2021, berkurang jauh dari 2020 kisaran 4,37 persen. Adapun NPL Nett juga membaik dari 2,06 persen pada 2020 menjadi 1,20 persen pada 2021,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Selasa (8/2/2022).

Menurutnya pertumbuhan kredit perseroan telah mengkonfirmasi sektor perumahan terbukti cukup tangguh dalam melewati masa krisis ekonomi akibat pandemi. Pembiayaan pemilikan rumah tetap mengalir sekalipun daya beli konsumen relatif turun. 

“Ini terbukti dari penyaluran kredit perseroan pada 2021 yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan 2020 dan berada di atas rata-rata kredit industri perbankan pada kisaran 5,24 persen,” ucapnya.

Haru menyebut berbagai insentif yang diberikan pemerintah berhasil menjaga daya beli konsumen, sehingga permintaan kredit rumah tetap meningkat. “Kami optimistis, pada saat ekonomi semakin pulih, dan pandemi berlalu sepenuhnya, permintaan KPR  dapat meningkat lebih tinggi lagi,” ucapnya.

Periode 2019-2020, saat perekonomian nasional terhimpit krisis dan penyaluran kredit industri perbankan mengalami kontraksi 2,5 persen, BTN merupakan satu dari sedikit bank yang berhasil membukukan pertumbuhan kredit. 

“Kini, ketika ekonomi berangsur pulih, dan sektor properti menjadi lokomotif pertumbuhan, BTN bisa berperan lebih besar lagi,” ucapnya.

Haru mengungkapkan kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi masih menjadi penopang utama pertumbuhan kredit BTN dengan kenaikan sebesar 8,25 persen menjadi Rp 130,68 triliun pada 2021 dibandingkan 2020 sebesar Rp 120,72 triliun. Adapun KPR non-subsidi juga turut menunjukkan kenaikan level 4,14 persen menjadi Rp 83,25 triliun pada 2021 dibandingkan 2020 sebesar Rp 79,93 triliun. 

“Kenaikan penyaluran KPR subsidi tersebut membuat BTN masih mendominasi pangsa KPR Subsidi sekitar 90 persen. Sementara KPR secara nasional BTN menguasai pangsa pasar sekitar 40 persen,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement