Kamis 27 Jan 2022 20:26 WIB

OJK Optimistis Kinerja Pasar Modal Membaik di 2022

OJK melaporkan kinerja pasar modal Kuartal III/2021 menunjukkan pemulihan

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat saat ini terdapat 75 penawaran umum saham senilai Rp 31,84 triliun. Hal ini membuat otoritas optimis raising fund di pasar modal akan melanjutkan pertumbuhan pada 2022.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat saat ini terdapat 75 penawaran umum saham senilai Rp 31,84 triliun. Hal ini membuat otoritas optimis raising fund di pasar modal akan melanjutkan pertumbuhan pada 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat saat ini terdapat 75 penawaran umum saham senilai Rp 31,84 triliun. Hal ini membuat otoritas optimis raising fund di pasar modal akan melanjutkan pertumbuhan pada 2022.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan sepanjang 2021 raising fund di pasar modal sebesar Rp 363, 28 triliun atau tumbuh 206 persen dibandingkan 2020 lalu senilai Rp 118 triliun.

“Per 25 Januari 2022 kemarin telah terdapat tujuh penawaran umum dengan nilai penawaran Rp 4,9 triliun. Saat ini terdapat 75 penawaran umum dalam proses pipeline dengan nilai total Rp 31,84 triliun," ujarnya saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR secara virtual, Kamis (27/1/2022).

Wimboh menyebut kinerja pasar modal sepanjang 2021 tumbuh cukup baik meskipun pandemi Covid-19 masih menyebar dengan kemunculan varian baru. Namun Wimboh mengungkapkan kinerja emiten sampai kuartal III 2021 mulai menunjukkan pemulihan sebagaimana terlihat dalam perbaikan likuiditas, debt equity ratio, dan interest coverage ratio emiten.

"Dan beberapa isu ini akan kami dukung dari sektor jasa keuangan untuk diatasi bersama agar pertumbuhan ekonomi baik ke depan," ucapnya.

Di samping itu, OJK mencatat pada 2021 investor non residence melakukan net buy di pasar saham dengan nilai Rp 37,97 triliun. Pada saat yang sama jumlah investor ritel juga tumbuh 93 persen year on year menjadi 7,5 juta dengan investor berusia di bawah 30 tahun mendominasi.

“Di pasar surat utang terpantau masih volatile karena ada sentimen hawkish dari The Fed yang menyebabkan yield US Treasury makin meningkat. Akibatnya timbul tekanan di pasar surat utang terutama di emerging market," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement