REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau mengalami pelemahan pada hari ini, Kamis (27/1). Rupiah pagi ini dibuka melemah 33 poin ke level 14.386 per dolar AS melanjutkan pelemahan pada penutupan kemarin.
Pelemahan rupiah terjadi karena efek penguatan dolar AS atas optimisme bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed). The Fed mengindikasi akan menyelesaikan pemberian stimulus paling tidak di awal Maret sehingga setelah itu bisa melakukan kenaikan suku bunga.
"Pernyataan tersebut sontak membuat dolar AS relatif menguat hampir ke seluruh mata uang termasuk Rupiah," kata Analis Indonesia Comodity and Derivatives Exchange (ICDX), Nikolas Prasetia, Kamis (27/1).
Sementara itu, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina yang saat ini terus memanas berpotensi menyebabkan terjadinya perang terbuka. Menurut Ibrahim, kondisi ini bisa membuyarkan rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga.
"Karena dalam kondisi carut marut peperangan yang akan melibatkan beberapa negara besar bisa saja akan mempengaruhi kebijakan-kebijakan bank sentral," kata Ibrahim.
Meski demikian, Ibrahim melihat pelaku pasar saat ini hanya condong ke kabar kenaikan suku bunga sehingga indeks dolar mengalami penguatan yang signifikan. Ibrahim memperkirakan sentimen ini bisa membawa dolar AS ke level tertinggi.
"Ada kemungkinan indeks dolar ini menuju ke level tertinggi 97.50, ini akan mempengaruhi pelemahan mata uang rupiah, euro maupun poundsterling," tutur Ibrahim.