REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir membentuk holding pertahanan untuk bisa mengantisipasi perang yang saat ini lebih banyak mengarah ke arah digital dan aritifial intellegent.
Diresmikan 12 Januari kemarin, holding Pertahanan yang terdiri dari PT LEN Industri, PT PAL, PT Dahana, PT Dirgantara Indonesia, dan PT Pindad punya fokus yang sejalan dengan agenda Kementerian Pertahanan. "Sekarang kita tidak terus terjebak kepada hardware lagi karena kenapa? Industri defense ke depan itu adalah industri dari pada software-nya," ujar Erick saat rapat bersama Komisi VI DPR RI, Selasa (25/1).
Fokus holding pertahanan ini kata Erick akan mendukung kebutuhan Kementerian Pertahanan. Oleh karena itu, Erick saat ini berdiskusi dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk membuat roadmap industri pertahanan Indonesia kedepan.
"Fokus Defend ID akan sejalan dengan kebutuhan dan roadmap Kementerian Pertahanan juga. Saya bersama pak Prabowo sedang menyusun roadmap industri pertahanan kedepan," ujar Erick.
Selain fokus ke bisnis, kata Erick Defend ID juga harus bisa meningkatkan TKDN. Mengingat, saat ini kebutuhan pertahanan sebenarnya bisa dikembangkan di dalam negeri.
"Supaya kita jangan dalam arti membeli produk-produk yang ada tentu di defense kita tidak juga TKDN-nya dilakukan," kata Erick.
Ia mematok paling tidak TKDN di industri pertahanan bisa minimal 40 persen hingga 2025 mendatang. Hal ini juga untuk bisa mendongkrak pertumbuhan industri dalam negeri.
"Ini yang juga kita perbaiki bagaimana di industri pertahanan ini kita bisa menjadi sinkronisasi supaya ada solusi sama seperti tadi yang kita lakukan dengan kementerian lain," ujar Erick.