REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Defisit perdagangan antara Indonesia dengan China terus mengalami penurunan. Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, mengatakan, angka defisit dagang selama 2021 bahkan menjadi yang terendah.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) diolah Kementerian Perdagangan, angka defisit dengan China pada 2021 sebesar 2,45 miliar dolar AS, atau turun 68,8 persen dari defisit dagang 2020 sebesar 7,85 miliar dolar AS. Lebih detail, nilai ekspor Indonesia ke China selama 2021 sebesar 53,78 miliar dolar AS sedangkan nilai impor mencapai 56,23 miliar dolar AS.
"Kita bersyukur karena perdagangan kita dengan China tumbuh pesat. Ekspor dan impor di atas 100 miliar dolar AS, angka defisit ini juga terendah dan hanya sepertiga dari tahun lalu," kata Lutfi dalam konferensi pers, Selasa (18/1/2022).
Lutfi mengatakan, peningkatan perdagangan Indonesia-China sekaligus menjadi dampak dari perjanjian China-Asean Free Trade Agreement yang diteken sejak tahun 2006 silam. Hasil positif dari perjanjian tersebut tentu memperkecil selisih nilai perdagangan di antara kedua negara.
Diketahui, China saat ini merupakan mitra dagang terbesan bagi Indonesia. Pasalnya, pangsa pasar ekspor Indonesia didominasi ke China yakni 23,9 persen pada 2021. Begitu pula dengan impor, pangsa impor produk China ke Indonesia mencapai 34,68 persen.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus dagang Indonesia sepanjang tahun 2021 tembus mencapai 35,54 miliar dolar AS. Capaian itu merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.
"Harapannya tren ini bisa terus dipertahankan dan ditingkatkan sehingga akan berdampak pada rencana pemerintah terkait pemulihan ekonomi dengan cepat," kata Kepala BPS, Margo Yuwono.
Margo menjelaskan, total nilai ekspor selama tahun 2021 sebesar 231,54 miliar dolar AS, meningkat 41,88 persen dari nilai 2020 lalu (year on year/yoy) 163,19 miliar dolar AS. Adapun nilai impor pada tahun lalu sebesar 196,2 miliar dolar AS, naik 38,59 persen dari tahun sebelumnya sebesar 141,5 miliar dolar AS.