Senin 20 Dec 2021 16:55 WIB

Diwarnai Sentimen Negatif, IHSG Berada di Zona Merah Sepanjang Hari

Pelemahan IHSG terjadi di tengah aksi beli investor asing yang mencapai Rp 543 Miliar

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. ilustrasi. Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. ilustrasi. Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang hari ini bergerak di zona merah dan berkahir koreksi pada perdagangan hari ini, Senin (20/12). IHSG ditutup melemah sebesar 0,83 persen dan parkir di level 6.547.11. 

Pelemahan indeks saham domestik terjadi di tengah aksi beli bersih investor asing yang mencapai Rp543,38 miliar. Meski demikian, pergekan saham sektor keuangan, infrastruktur, energi, bahan dasar, hingga properti mendominasi penurunan IHSG hari ini. 

Baca Juga

Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan sejumlah sentimen negatif di pasar Asia juga membayangi gerak IHSG. Salah satunya yakni keputusan Bank Sentral Jepang yang berkomitmen untuk mengurangi pembelian obligasi dan juga skema pendanaan daruratnya. 

"Selain itu, kekhawatiran atas penyebaran varian Omicron juga membebani sentimen, dengan Jepang memperpanjang aturan masuk yang ketat hingga setidaknya awal tahun depan," tulis Pilarmas investindo dalam risetnya, Senin (20/12). 

Dari dalam negeri, pelaku pasar mencermati perlambatan pada pembiayaan korporasi bulan November. Berdasarkan Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Bank Indonesia, saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan pembiayaan korporasi pada November 2021 tercatat naik 14,8 persen, melambat dari SBT Oktober 2021 sebesar 16,7 persen. 

Perlambatan tersebut terjadi pada beberapa sektor terutama pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, reparasi mobil dan motor, serta konstruksi karena dipengaruhi oleh turunnya kegiatan operasional sejalan dengan lemahnya permintaan domestik dan ekspor. 

Di sisi lain, BI mencatat sejumlah sektor mengalami peningkatan kebutuhan pembiayaan, di antaranya sektor industri pengolahan, pertambangan, serta transportasi dan pergudangan. Peningkatan tersebut terjadi terutama untuk mendukung aktivitas operasional, membayar kewajiban yang jatuh tempo, dan mendukung pemulihan domestik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement