Jumat 10 Dec 2021 00:41 WIB

Terlilit Utang, Operasional Maskapai China Dialihkan ke Investor

Perusahaan induk Hainan Airlines, HNA Group, sedang berada dalam proses kepailitan

Ilustrasi penerbangan
Ilustrasi penerbangan

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Maskapai terbesar keempat di China Hainan Airlines, Kamis (9/12), mengumumkan pemindahan pengelolaan usaha intinya sebagai penyedia jasa penerbangan kepada Liaoning Fangda Group Industrial Co Ltd. Pemindahtanganan tersebut dilakukan setelah perusahaan induk Hainan Airlines, HNA Group, sedang berada dalam proses kepailitan dan restrukturisasi utang.

Sejak putusan pengadilan dikeluarkan pada 31 Oktober, proses reorganisasi berjalan lancar dan progres substansial untuk mengurangi risiko juga telah dilakukan, demikian dinyatakan manajemen Hainan. Pejabat yang ditunjuk pemerintah lokal untuk mengatasi risiko utang HNA, Gu Gang, tidak akan menjabat sekretaris Partai Komunis China (CPC) di perusahaan tersebut.

Baca Juga

Selanjutnya, akan dibentuk kelompok kerja yang akan memberikan panduan, koordinasi, dan supervisi, kataHNA.Kelompok kerja tersebut juga akan melanjutkan rencana implementasi kepailitan dan restrukturisasi utang serta tugas lain yang berkaitan dengan manajemen risiko.Liaoning Fangda Group merupakan perusahaan besar di China yang bergerak di bidang usaha karbon, baja, dan farmasi.

Liaoning Fangda berhasil memenangi lelang akuisisi Hainan Airlines dengan mengalahkan Shanghai Juneyao Group sebagai induk perusahaan Juneyao Airlines dan Fosun International yang menguasai industri pariwisata China. Hainan pada Maret mengumumkan kerugian perusahaan sebesar 64 miliar yuan atau sekitar Rp 144,7 triliun selama 2020, yang merupakan kerugian terbesar dalam daftar perusahaan di China.

Pengadilan Tinggi pada Januari mengeluarkan surat pemberitahuan bahwa para kreditornya mengajukan gugatan kepailitan, seperti diberitakan China Daily. Sejak 2010, HNA telah membuat terobosan secara agresif dengan menambah asetnya di luar negeri sehingga total akuisisinya mencapai lebih dari 50 miliar dolar AS (sekitar Rp 717,6 triliun).

HNA sempat mengakuisisi saham 40 perusahaan besar, termasuk Deutsche Bank AG dan Hilton Worldwide Holdings Inc.Belakangan, akuisisi HNA mendapat sorotan dari regulator China. HNA mulai terlilit banyak utang dan mulai mencari pembeli aset-asetnya.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement