Selasa 07 Dec 2021 22:08 WIB

Menperin Pantau Digitalisasi di Koperasi Gula di Banyumas

KSU Nira Satria jadi contoh industri menengah bisa menerapkan teknologi 4.0.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fuji Pratiwi
Produk gula Koperasi Nira Satria. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, melakukan pemantauan terhadap digitalisasi di Koperasi Serba Usaha (KSU) Nira Satria.
Foto: nirasatria.com
Produk gula Koperasi Nira Satria. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, melakukan pemantauan terhadap digitalisasi di Koperasi Serba Usaha (KSU) Nira Satria.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, melakukan pemantauan terhadap digitalisasi di Koperasi Serba Usaha (KSU) Nira Satria di Desa Pernasidi Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. KSU Nira Satria menjadi percontohan IKM di Indonesia yang sudah memasuki industri 4.0.

Menurut Agus, Industri Kecil Menengah (IKM) di Indonesia sudah mulai mengimplementasikan Industri 4.0, atau berbasis digital, sehingga tercipta efisiensi dan mendapatkan jalan keluar dari sejumlah masalah yang dihadapi seperti KSU Nira Satria. "Pertama Indonesia sudah siap terhadap digitalisasi, kedua ini merupakan contoh betul industri menengah bisa menerapkan teknologi 4.0," ungkap Agus saat berkunjung ke KSU, Selasa (7/12).

Baca Juga

KSU Nira Satria membeli gula kelapa kristal organik dari anggotanya saat ini, Rp17 ribu - Rp20  ribu per kilogram. Selain itu para anggota mendapatkan asuransi BPJS Ketenagakerjaan.

Koperasi ini sejak Maret 2020, mendapatkan bantuan peralatan digitalisasi proses produksi dari Kementerian Perindustrian RI. Industri kecil berupa pengolahan gula kelapa kristal di Banyumas ini, hampir dua tahun terakhir menerapkan sistem Revolusi Industri 4.0 dengan digitalisasi dalam melakukan proses produksi. Manfaat digitalisasi sangat dirasakan oleh pengelola KSU Nira Satria.

Ketua KSU Nira Satria, Nartam Andre Nusa, mengatakan, anggota KSU Nira Satria berjumlah 892 orang, dari berbagai desa di Banyumas. Dengan produksi gula kelapa kristal organik rata- rata perbulan saat ini mencapai 70-  80 ton, dengan pemasaran utama ke sejumlah negara Eropa, Amerika Utara, Australia, Afrika Selatan dan Asia Timur.

"Sejak menerapkan digitalisasi, dari bantuan dari Kementerian Perindustrian RI, kami mampu meningkatkan efesiensi untuk produksi seperti bahan bakar hingga 30 persen, kecepatan dan ketepatan kualitas produk, dan pemantuan produksi secara digital yang dapat dilakukan dimanapun," kata Nartam.

Ia menambahkan produk dari petani, pengepul dan koperasi, bisa dites dari mana produk itu. Dengan digitalisasi, asal produk tersebut bisa diketahui dengan cara barcoding masing- masing produk petani.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement