REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk berkomitmen untuk mengoptimalkan potensi ekonomi syariah nasional dan global untuk tumbuh pada 2022.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, potensi tumbuh bagi lembaga keuangan syariah masih sangat tinggi di tahun depan. "Kita masih punya banyak sumber-sumber pertumbuhan yang bisa dioptimalkan, meski tetap ada tantangan yang harus dihadapi," kata Hery dalam LPPI Sharia Economics and Finance Outlook 2022, Jumat (3/12).
Hery mengatakan, kinerja indikator utama pertumbuhan ekonomi nasional masih berada di jalur pemulihan. Ini memberikan optimisme terhadap prospek ekonomi dan bisnis pada 2022. Ekonomi Indonesia melambat 3,5 persen pada kuartal III 2021, namun diperkirakan akan kembali terakselerasi di kuartal IV 2021.
Ini seiring dengan melandaikan kasus Covid-19 dan pulihnya mobilitas masyarakat. Meski demikian, industri tetap harus waspada terhadap varian baru Omicron yang kini sudah mendekat di Singapura dan Malaysia.
Secara umum, PMI Manufaktur, Indeks Keyakinan Konsumen, Indeks Penjualan Ritel mengindikasikan pemulihan masih on track. Pada 2022, pemerintah memproyeksi PDB bisa tumbuh 5,16 persen setelah diperkirakan tumbuh 3,63 persen pada 2021.
Prospek industri perbankan syariah pada 2022 juga diperkirakan akan melanjutkan tren pertumbuhan positif. Baik dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun penyaluran pembiayaan.
"Kinerja perbankan syariah utamanya didorong oleh pemulihan ekonomi, tren gaya hidup halal, serta kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan ekonomi syariah," kata Hery.
Penghimpunan DPK diproyeksi bisa tumbuh 11,53 persen pada 2022 dengan banyak faktor pendorong. Seperti meningkatnya kesadaran masyarakat terkait gaya hidup halal, pengembangan digital banking syariah yang memudahkan masyarakat akses keuangan digital syariah.
Selain itu akselerasi agen laku pandai seperti yang dimiliki BSI yakni BSI Smart. Juga himbauan regulator untuk menggunakan opsi payroll bank syariah di lembaga-lembaga pemerintahan. Serta, sinergi dengan para pemangku kepentingan seperti MES, IAEI, Baznas, DMI, ISYEF, Pesantren, dan lainnya.
Penyaluran pembiayaan juga diproyeksi bisa tumbuh hingga 7,25 persen pada 2022. Pendorong utamanya yakni pulihnya permintaan sektor ritel, manufaktur, fokus tujuh sektor prioritas pemerintah, dan industri halal, khususnya makanan, modest fashion, dan kosmetik.