Kamis 11 Nov 2021 17:48 WIB

UMKM Go Global Terkendala Biaya Ekspor

Selain biaya ekspor, UMKM terkendala biaya logistik yang tinggi.

Rep: Lida Puspaningtyas/Wahyu Suryana/ Red: Friska Yolandha
Pengunjung melihat berbagai produk kerajinan tas dengan motif khas Aceh pada pameran produk UMKM di Plaza Aceh, Banda Aceh, Kamis (11/11). Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih menghadapi berbagai tantangan dalam pelaksanaan ekspor.
Foto:

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki mengatakan, jumlah ekspor nasional meningkat pada kuartal III 2021. Nilai ekspor yang naik sekitar 22,71 persen dibandingkan kuartal III 2020 yang cuma mencapai 17,24 persen.

Meski begitu, dari angka-angka tersebut jumlah ekspor UMKM baru mencapai 15,65 persen. Angka itu masih jauh dibandingkan negara-negara lain seperti Singapura 41 persen, Thailand 29 persen, atau China yang mencapai 60 persen.

"Target kontribusi ekspor UMKM kita harapkan meningkat menjadi 17 persen pada 2024," kata Teten dalam Temu Bisnis Nasional UMKM yang diselenggarakan Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Rabu (10/11).

Teten menuturkan, faktor penunjang meningkatnya ekspor UMKM dapat dilihat dari kinerja Indeks Kinerja Logistik (LPI). Lalu, optimalisasi ekspor, menekan biaya logistik, mempersingkat waktu pengurusan dokumen ekspor dan kewajiban pabean.

Setelah itu, diperlukan peran kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, BUMN, perbankan dengan segenap pemangku kebijakan. Sinergi itu sangat dibutuhkan dalam membangun ekosistem yang kondusif, serta untuk mendorong UKM go global.

Ia berharap, UGM jadi inkubator wirausaha, mendorong mahasiswa mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan bisnis, membangun jaringan bisnis. Kemenkop UKM akan mendorong lebih banyak UKM yang siap ekspor tahun ini.

photo
Pekerja menyelesaikan pembuatan kain batik cap di rumah produksi batik Maryana, Rengas Condong, Muara Bulian, Batanghari, Jambi, Jumat (5/11). - (ANTARA/Wahdi Septiawan/YU)

Kemenkop akan memfasilitasi standardisasi internasional bagi UKM, sekolah ekspor, pelatihan UKM ekspor, pembiayaan ekspor, sistem informasi ekspor, dan pameran berskala internasional. Selain itu, kerja sama peningkatan ekspor-ekspor lain.

"Ke depan, perlu beberapa inovasi kebijakan mendorong ekspor nasional dengan membangun infrastruktur logistik terpadu di dekat klaster UKM," ujar Teten.

Rektor UGM, Prof Panut Mulyono menuturkan, perdagangan dunia saat ini mengalami transformasi konvensional menuju digital. Kondisi ini menjadi momentum pelaku usaha mikro dan kecil guna melakukan transformasi pemasaran menuju pasar global.

Kontribusi UMKM ke ekspor nonmigas 15,6 persen, tapi partisipasi UMKM di rantai nilai global baru 4,1 persen. Kemitraan UMK/UMB 7 persen, rasio kewirausahaan nasional 3,47 persen dan keikutsertaan dalam digitalisasi UMKM masih 16 persen.

"Angka ini menunjukkan masih terbukanya peluang untuk pengembangan UMKM pada masa mendatang," kata Panut.

Kata kunci pengembangan UMKM berdaya saing di pasar global merupakan kolaborasi pentahelix universitas, pemerintah, perbankan, industri dan komunitas UMKM. Hal itu diharapkan bisa menyelesaikan berbagai masalah-masalah yang dihadapi UMKM.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement