REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan hari ini, Selasa (9/11). Pada perdagangan pagi ini IHSG melanjutkan penguatan ke level 6.662,50 setelah ditutup naik 0,77 persen pada perdagangan kemarin.
Pada hari ini, Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG akan cenderung menguat. Perkiraan ini sejalan dengan indeks saham di Asia pagi ini yang dibuka naik setelah indeks saham utama di Wall Street semalam kembali berakhir di level penutupan tertinggi.
S&P 500 mencatatkan level penutupan tertinggi dan menembus level psikologis 4,700 untuk pertama kali dalam sejarah. Dengan demikian, S&P mencatatkan kenaikan selama delapan hari beruntun, rangkaian terpanjang sejak 2017.
"DJIA dan NASDAQ juga berhasil memecahkan rekor penutupan tertinggi di dorong oleh masih kuatnya optimisme atas laporan keuangan kuartal III 2021 korporasi dan sejumlah data ekonomi AS yang keluar solid belakangan ini," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Selasa (9/11).
Di pasar obligasi, imbal hasil surat utang Pemerintah AS bertenor 10 tahun naik 4,5 bps menjadi 1,49 persen setelah Kongres AS pada akhir pekan lalu meloloskan RUU infrastruktur senilai 1,2 triliun dolar AS. Presiden Joe Biden mengatakan pihaknya akan segera menandatangani RUU tersebut menjadi sebuah UU.
Sementara itu, bagian kedua dari agenda ekonomi Presiden Biden, RUU Belanja Sosial senilai 2 triliun dolar AS masih dalam proses negosiasi yang alot dan akan memakan waktu lebih lama untuk lolos di Kongres.
Menurut riset Phillip Sekuritas Indonesia, kenaikan imbal hasil juga didorong oleh antisipasi investor atas rilis data inflasi AS minggu ini, yaitu Producer Price Index (PPI) pada hari Selasa dan Consumer Price Index (CPI) pada hari Rabu.
Di pasar komoditas, harga metal mulai merangkak naik di pimpin oleh aluminium seiring dengan munculnya ekspektasi lonjakan kebutuhan atas komoditas metal untuk mendukung belanja infrastruktur di AS. Harga emas naik ke level tertinggi dalam 2 bulan di tengah pelemahan nilai tukar dolar AS dan tingginya kekhawatiran terhadap inflasi.