Senin 08 Nov 2021 23:45 WIB

Penyalahgunaan Data Pribadi Sumber Ketidakpercayaan pada Fintech

Keamanan digital merupakan investasi jangka panjang.

Rep: Andi Hana (swa.co.id)/ Red: Andi Hana (swa.co.id)
Keamanan digital merupakan investasi jangka panjang karena mampu memberikan akuntabilitas dan kredibilitas kepada fintech  (Foto: ist)
Keamanan digital merupakan investasi jangka panjang karena mampu memberikan akuntabilitas dan kredibilitas kepada fintech (Foto: ist)

Penyebaran dan penyalahgunaan data pribadi konsumen menjadi sumber ketidakpercayaan masyarakat terhadap fintech peer to peer lending. Padahal di era digitalisasi seperti ini, penggunaan layanan identitas digital sudah menjadi kebutuhan hampir di seluruh bentuk transaksi digital.

Dalam jangka panjang, identitas digital yang aman dapat meningkatkan rasa aman dan kepercayaan masyarakat terhadap fintech dan optimisme terhadap ekonomi digital nasional. 

Chief Information Officer Investree dan Deputy Secretary General Asosiasi FinTech Indonesia Dickie Widjaja mengatakan, penyalahgunaan ini berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap fintech. Padahal, ada segmen masyarakat yang bisa terbantu dengan keberadaan fintech. Apalagi fintech juga dapat diandalkan untuk membantu perluasan akses keuangan.

“Di sinilah pentingnya layanan identitas digital berperan kuat dalam membangun rasa percaya masyarakat. Keamanan digital merupakan investasi jangka panjang karena mampu memberikan akuntabilitas dan kredibilitas kepada fintech. Dalam skala besar, kepercayaan ini juga berpengaruh pada ekonomi digital,” ujarnya.

Ardi Sutedja, Ketua dan Pendiri Indonesia Cyber Security Forum mengatakan, praktik penyalahgunaan data pribadi konsumen oleh fintech ilegal menjadi sumber berbagai masalah identity fraud. Karena itu, penting bagi penyedia layanan digital untuk mengerahkan kemampuan dalam memberantas praktik penyalahgunaan identitas pribadi demi meningkatkan kepercayaan masyarakat.

“Salah satunya, fintech dapat memanfaatkan layanan TTE tersertifikasi, proses e-KYC  (Know Your Customer) atau verifikasi data terhadap penggunanya menggunakan sistem verifikasi biometrik berdasarkan data kependudukan dan deteksi kehidupan (liveness detection),” tuturnya.

Salah satu Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) di Indonesia yakni Vida telah membantu konsumen dan fintech dalam verifikasi data. Seperti yang diungkapkan CEO dan Co-founder Vida Sati Rasuanto, Vida memiliki peran strategis sebagai trusted layer. Dalam artian, Vida tidak hanya memberi perlindungan saat bertransaksi digital, namun juga membantu pengguna berperilaku secara aman di dunia digital.

Menurut Sati, rasa aman sangat krusial sebab transaksi fintech bersifat tanpa tatap muka secara fisik. Selain itu, prinsip digital trust dalam melindungi privasi dan keamanan data pengguna harus menjadi kesadaran persama. “Edukasi ini perlu terus digalakkan agar risiko identity fraud dapat dimitigasi,” tegasnya.

Saat ini Vida merupakan PSrE pertama di Indonesia yang juga memperoleh akreditasi WebTrust global untuk penerapan standar keamanan internet, dan menerapkan biometrik wajah dalam melakukan verifikasi dan autentikasi untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna.

Tandatangan Elektronik Vida juga satu-satunya yang diakui di lebih dari 40 negara. Vida juga telah tercatat sebagai penyelenggara Inovasi Keuangan Digital tercatat klaster e-KYC di OJK maupun regulatory sandbox di OJK dan BI.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement