REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia turut mendampingi Presiden Joko Widodo pada kegiatan Forum Bisnis Indonesia-Uni Emirat Arab (UEA) pada Kamis (4/11) di Dubai. Pertemuan bisnis ini dihadiri sembilan perusahaan UEA yang sudah memiliki minat investasi ke Indonesia baik untuk investasi baru maupun untuk perluasan.
Presiden Joko Widodo dalam forum tersebut menyampaikan, Pemerintah Indonesia akan terus berkomitmen melakukan hilirisasi dan menghentikan proses ekspor produk mineral mentah ke pasar internasional. "Kami akan terus melarang ekspor produk mineral mentah, setelah alumunium dan nikel, mungkin nanti tembaga, ini agar investor membangun industri nilai tambah di Indonesia," ujar dia dalam keterangan resmi yang disampaikan BKPM, Ahad (7/11).
Presiden menyampaikan, tiga sektor pembangunan di Indonesia yang bisa dijadikan prioritas kerja sama antara Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA).
Pertama, pembangunan ibu kota baru Indonesia. Kedua, investasi bidang transisi energi. Ketiga, perdagangan melalui kerja sama Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA).
Meneruskan arahan Presiden Jokowi, Bahlil menyatakan kesiapannya menyambut investasi dari UEA dengan menekankan pada tiga poin. Pertama investasi energi terbarukan, kedua investasi membangun industri yang berbasis pengelolaan lingkungan yang baik, dan ketiga investasi dengan kolaborasi yang baik.
"Dalam rangka melakukan respons cepat untuk mewujudkan konsep investasi bersama antara Indonesia dan PEA, kami telah diperintahkan mengurus seluruh hal terkait perizinan dan fasilitasi lain yang dibutuhkan investor PEA di Indonesia. Di bawah pimpinan Presiden serta Menko Kemaritiman dan Investasi, kami akan melakukan percepatan-percepatan untuk mewujudkan visi besar kedua negara," kata Bahlil.
Menteri Energi dan Industri PEA Suhail Mohammed Al Mazrouei yang mewakili Pemerintah UEA menyatakan apresiasinya atas hubungan yang sangat dekat antar kedua pemimpin negara, bahkan sudah seperti saudara. Suhail menyampaikan, UEA ingin bekerja sama dengan Indonesia, bukan hanya karena Indonesia yang besar dengan komunitasi Muslim terbesar tetapi Indonesia punya kapabilitas, sumber daya, serta posisi strategis percepatan untuk mewujudkan visi besar kedua negara ibu kota baru Indonesia.
Di samping itu, kata dia, UEA melihat minat dari sektor swasta. "Kami memerlukan bimbingan dari Presiden Jokowi dan jajaran menteri agar komitmen kami dapat terwujud dengan baik," kata dia.
Beberapa perusahaan yang hadir menyampaikan komitmennya untuk menanamkan modal di Indonesia menambahkan perjanjian B2B (business-to-business) yang sudah dipertukarkan di depan pimpinan kedua negara. Beberapa yang menyampaikan komitmen di antaranya Al Dahra Group (dairy products), Yas Holding (agriculture), Emirates Global Alumunium (smelter alumunium), Damac Properties (properti), dan AMEA Power (energi terbarukan). Dengan total komitmen investasi selama kunjungan di UEA menjadi keseluruhan 44,6 miliar dolar AS, yang di dalamnya termasuk nilai investasi dari Nota Kesepahaman antara Kementerian Investasi/BKPM dengan Air Products dari Amerika Serikat senilai 15 miliar dolar AS.
Berdasarkan catatan Kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi asal UEA di Indonesia pada Januari-September 2021 sebesar 7,8 juta dolar AS. Sementara akumulasi realisasi investasi asal UEA di Indonesia tahun 2016 sampai kuartal III 2021 mencapai 250,7 juta dolar AS dan berada pada peringkat ke-27. Investasi asal UEA didominasi sektor Tanaman Pangan dan Perkebunan dengan total realisasi sebesar 109,0 juta dolar AS (43,5 persen), serta 71 persen total realisasi investasi UEA di Indonesia berlokasi di luar Pulau Jawa.