Kamis 04 Nov 2021 11:11 WIB

Sah! Bank Sentral AS Kurangi Pembelian Aset

Bank Sentral AS mempertahankan suku bunga tetap rendah mendekati nol persen.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Televisi di New York Stock Exchange menunjukkan Ketua Federal Reserve Jerome Powel tengah berbicara dalam konferensi pers usai pertemuan dua hari Federal Open Market Committee (FOMC), Rabu (3/11) waktu setempat. The Fed akan mengurangi pembelian aset mulai November 2021.
Foto: AP Photo/Richard Drew
Televisi di New York Stock Exchange menunjukkan Ketua Federal Reserve Jerome Powel tengah berbicara dalam konferensi pers usai pertemuan dua hari Federal Open Market Committee (FOMC), Rabu (3/11) waktu setempat. The Fed akan mengurangi pembelian aset mulai November 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, Retno Wulandhari, Antara

JAKARTA -- Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve mengakhiri pertemuan dua hari dengan keputusan pengurangan pembelian aset mulai November. The Fed juga akan mempertahankan suku bunga tetap rendah mendekati nol persen.

Baca Juga

Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell menekankan pada Rabu (3/11) bahwa Fed dapat bersabar untuk menaikkan suku bunga ketika bank sentral akan mulai mengurangi pembelian asetnya bulan ini di tengah kekhawatiran inflasi yang meningkat. "Keputusan hari ini untuk memulai pengurangan pembelian aset, kami tidak menyiratkan sinyal langsung mengenai kebijakan suku bunga kami," kata Powell pada konferensi pers virtual setelah mengakhiri pertemuan kebijakan dua hari.

Powell mengatakan, pihaknya masih terus mengartikulasikan tes yang berbeda dan lebih ketat untuk kondisi ekonomi yang perlu dipenuhi sebelum menaikkan suku bunga federal fund. "Kami tidak berpikir sudah waktunya untuk menaikkan suku bunga sekarang. Jika kami menyimpulkan itu perlu, kami akan bersabar, tetapi kami tidak akan ragu-ragu," katanya.

Dalam pernyataan kebijakan yang dirilis Rabu, The Fed berjanji untuk mempertahankan suku bunga dana federal tidak berubah pada level rekor terendah mendekati nol seperti yang diperkirakan secara luas. Sementara itu, bank sentral juga memutuskan untuk mulai mengurangi laju bulanan pembelian aset bersihnya sebesar 10 miliar dolar AS untuk sekuritas obligasi pemerintah AS dan 5 miliar dolar AS untuk sekuritas yang didukung hipotek bulan ini.

The Fed telah berjanji untuk melanjutkan program pembelian asetnya dengan kecepatan 120 miliar dolar AS per bulan, termasuk 80 miliar dolar AS dalam sekuritas obligasi pemerintah AS dan 40 miliar dolar dalam sekuritas yang didukung hipotek, sampai kemajuan lebih lanjut yang substansial telah dibuat dalam pekerjaan dan inflasi.

"Pada pertemuan hari ini, Komite menilai bahwa ekonomi telah memenuhi ujian ini, dan memutuskan untuk mulai mengurangi laju pembelian asetnya," kata Powell, merujuk pada Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), komite pembuat kebijakan Fed.

photo
Layar televisi di New York Stock Exchange menunjukkan suku bunga acuan AS. Bank Sentral AS Federal Reserve akan mengurangi pembelian aset mulai November. - (AP Photo/Richard Drew)

Joseph Gagnon, rekan senior di Peterson Institute for International Economics, mengatakan keputusan The Fed tentang tapering secara luas telah diperkirakan dan diterima dengan baik oleh pasar. "Imbal hasil obligasi dan dolar bergerak sangat sedikit setelah pengumuman, harga saham naik sedikit," kata Gagnon, menambahkan pola imbal hasil obligasi saat ini menunjukkan bahwa pelaku pasar mengharapkan Fed menaikkan suku bunga sekitar setengah poin persentase pada paruh kedua 2022.

Namun, Jay H Bryson, kepala ekonom di Wells Fargo Securities, percaya bahwa FOMC akan menunggu hingga 2023 sebelum memulai siklus pengetatan. "Kami percaya bahwa tingkat angka penggajian (payrolls) tidak akan kembali ke puncak pra-pandemi hingga akhir 2022," kata Bryson dalam sebuah catatan.

Pengumuman tapering datang ketika tingkat inflasi AS tetap tinggi dalam beberapa bulan terakhir. Dalam 12 bulan hingga September, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti, ukuran inflasi pilihan Fed, naik 3,6 persen untuk bulan keempat berturut-turut, tetap di level tertinggi sejak Mei 1991, menurut Departemen Perdagangan.

"Inflasi sekarang didorong oleh kebijakan moneter dan fiskal yang terlalu ekspansif pada saat kita menghadapi masalah rantai pasokan yang parah, masalah pengiriman, dan kenaikan besar harga minyak dan pangan internasional," Desmond Lachman, rekan tetap di American Enterprise Institute dan mantan pejabat di Dana Moneter Internasional, mengatakan kepada Xinhua.

Meskipun belum diketahui kapan inflasi AS pada akhirnya akan moderat karena hambatan rantai pasokan, Powell mengatakan inflasi dapat turun pada kuartal kedua atau ketiga tahun depan.

"Jika kami melihat tanda-tanda bahwa jalur inflasi atau ekspektasi inflasi jangka panjang bergerak secara material dan terus-menerus melampaui level yang konsisten dengan target kami, kami akan menggunakan alat kami untuk menjaga stabilitas harga," kata Powell.

Merespons keputusan The Fed, Wall Street ditutup menguat pada Rabu. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 104,95 poin atau 0,29 persen menjadi 36.157,58, S&P 500 naik 29,92 poin atau 0,65 persen menjadi 4.660,57, dan Nasdaq Composite bertambah 161,98 poin, atau 1,04 persen, menjadi 15.811,58. S&P dan Nasdaq mencatatkan penutupan tertinggi sepanjang masa.

Di pasar domestik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penguatan. IHSG dibuka naik ke posisi 6.588,18 dan terus menanjak ke level 6.607,30. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement