REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerja sama bidang kesehatan hewan menjadi salah satu topik penting dalam pertemuan tingkat Menteri se-ASEAN (AMAF) ke-43 yang dilaksanakan secara virtual pada tanggal 26-27 Oktober 2021 kemarin. Hal ini erat kaitannya dengan ancaman penyakit hewan dan zoonosis yang berpotensi pandemi.
Indonesia sendiri telah diakui keunggulannya dibidang kesehatan hewan. Hal ini terbukti dengan ditunjuknya Indonesia sebagai lead country untuk penyusunan Protocol for an Animal Vaccine Testing Network among ASEAN Reference Laboratories. Dokumen tersebut juga akan menjadi target kegiatan (key deliverables) tahun 2022. Selain itu Indonesia juga dipercaya untuk memimpin Regional Assessment Study on Newcastle Disease in ASEAN.
Direktur Kesehatan Hewan sebagai perwakilan delegasi dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan menyampaikan bahwa Indonesia sudah memulai penilaian terkait penyakit Newcastle Desease di ASEAN meskipun masih ada tiga negara yang belum mengembalikan kuesioner ke Indonesia.
Sebelumnya, laboratorium pengujian mutu dan sertifikasi obat hewan Gunung Sindur (BBPMSOH) juga telah mendapatkan sertifikat reakreditasi sebagai laboratorium referensi untuk pengujian vaksin hewan di ASEAN.
Terkait dengan hal itu, ketua delegasi Indonesia yang merupakan Sekjen Kementan, Kasdi Subagyono mengundang seluruh negara anggota ASEAN untuk dapat mengujikan vaksin hewan produksinya ke BBPMSOH.
Dihubungi terpisah Dirjen Peternakan dan Keswan menyampaikan bahwa sertifikat reakreditasi ini juga membuktikan kontribusi besar Indonesia dalam hal penjaminan kesehatan hewan di wilayah ASEAN.
“Kontribusi Indonesia untuk Laboratorium Referensi ini akan meningkatkan kepercayaan negara tujuan ekspor Indonesia dalam pemenuhan persyaratan kesehatan hewan dan keamanan pangan komoditas. Selain itu juga dapat meningkatkan daya saing ekspor Indonesia”, ungkapnya.
Terdapat 9 jenis pengujian vaksin hewan dari BBPMSOH yang telah diakui yaitu Newcastle Disease Vaccine (live); Newcastle Disease Vaccine (inactivated); Marek’s Disease Vaccine (live); Infectious Laryngotracheitis Vaccine (live); Infectious Bronchitis Vaccine (live); Infectious Bronchitis Vaccine (inactivated); Egg Drop Syndrome ’76 Vaccine (inactivated); Fowl Cholera Vaccine (inactivated); dan Haemophilus paragallinarum Vaccine (inactivated).
Dalam rangkaian pertemuan AMAF ke-43 yang dipimpin oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo tersebut, FAO dan Australia menyampaikan komitmennya untuk membantu ASEAN dalam rangka meningkatkan mekanisme regional dalam mencegah, mendeteksi dini, dan tanggap terhadap penyakit hewan dan zoonosis yang berpotensi pandemik melalui Proyek Penguatan Mekanisme Kesehatan Hewan untuk ASEAN yang Tangguh (SMART-ASEAN).
“Proyek Penguatan Mekanisme Kesehatan Hewan untuk ASEAN yang Tangguh (SMART-ASEAN) akan meningkatkan mekanisme regional untuk mencegah, mendeteksi dini, dan tanggap terhadap penyakit hewan dan zoonosis yang berpotensi pandemi. Hanya dengan koordinasi yang baik daerah akan mampu mengatasi ancaman penyakit,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Proyek ini selanjutnya akan mendukung ASEAN Coordinating Centre for Animal Health and Zoonosis (ACCAHZ) yang telah dibentuk oleh negara anggota ASEAN sebelumnya.
Secara garis besar, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo yang menjadi chair (pimpinan sidang) pertemuan AMAF ke 43 dan pertemuan AMAF+3 ke-21 menekankan kerja sama dalam upaya pemulihan dampak pandemi di ASEAN.
“Berkat kerja keras masing-masing negara dalam mengatasi tantangan tersebut, berbagai Lembaga Internasional memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global dan kawasan ASEAN mulai menunjukkan tren pemulihan. Dengan dukungan sistem pangan yang resilien, diharapkan perkiraan tren positif tersebut dapat terealisasi dengan cepat”, ungkapnya.
Indonesia merupakan tuan rumah penyelenggaraan pertemuan Prep SOM 43rd AMAF, Prep SOM 21st AMAF+3 Meetings, The 43rd AMAF dan The 21st AMAF+3 Meeting tahun 2021 setelah sebelumnya dipimpin oleh Kamboja pada tahun 2020. Seluruh delegasi negara anggota ASEAN menyampaikan apresiasi kepada Menteri Pertanian Indonesia, Syahrul Yasin Limpo karena telah berhasil menjadi pimpinan sidang dan tuan rumah yang baik dan efisien.