Rabu 27 Oct 2021 15:14 WIB

BEI Targetkan Nilai Transaksi Rp 13,5 T pada 2022

Teningkatan target transaksi mempertimbangkan kondisi pandemi yang semakin menurun.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Karyawan melintas di dekat layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir pekan (8/10) ditutup menguat 65,37 poin (1,02 persen) di level 6.481,77.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Karyawan melintas di dekat layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir pekan (8/10) ditutup menguat 65,37 poin (1,02 persen) di level 6.481,77.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai Rp 13,5 triliun pada tahun 2022. Angka tersebut meningkat dibandingkan realisasi tahun 2021 yang menyentuh angka Rp 12 triliun. 

Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, mengatakan target RNTH tahun depan tersebut ditetapkan berdasarkan kajian manajemen BEI serta masukan dari berbagai stakeholders di pasar modal. Inarno optomistis target tersebut dapat tercapai.

"Kita moderat saja tapi tetap optimistis. Berkaca dari tahun lalu, ada beberapa kali revisi target RNTH yang menigkat secara bertahap," kata Inarno, Rabu (27/10). 

Menurut Inarno, peningkatan target RNTH ini mempertimbangkan kondisi pandemi yang semakin menurun. Seiring dengan itu, aktivitas ekonomi masyarakat juga mulai bergeliat dan mendorong terjadinya pemulihan ekonomi.

Dengan demikian, investor pun akan lebih yakin untuk berinvestasi di pasar modal. Selain itu, lanjut Inarno, optimisme juga didukung oleh tingginya animo perusahaan untuk melakukan penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO). 

Pada tahun depan, BEI juga menargetkan sebanyak 68 Pencatatan Efek Baru. Jumlah tersebut terdiri dari pencatatan efek saham, obligasi korporasi baru, dan pencatatan efek lainnya meliputi Exchange Traded Fund (ETF), Dana Investasi Real Estate (DIRE) dan Efek Beragun Aset (EBA). 

Direktur Penilai Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengatakan pencapaian pencatatan efek pada tahun ini relatif masih cukup baik. Hingga saat ini, sudah ada 46 perusahaan yang melakukan pencatatan dari semua instrumen atau sekitar 70 persen dari target. 

Selain itu, menurut Nyoman, ada 30 calon pencatatan yang terdapat di pipeline bursa yakni terdiri dari 27 pencatatan efek saham, 2 obligasi, serta 1 ETF. "Sehingga jika semuanya tercatat di 2021 pencapaian kita sampai 115 persen dari target yang sudah direncanakan," terang Nyoman.

Sebagai upaya untuk mencapai target Pencatatan Efek Baru, maka akan dilakukan berbagai rangkaian kegiatan kepada Perusahaan Tercatat dan Calon Perusahaan Tercatat, meliputi peningkatan kapasitas infrastruktur di area Pencatatan Perusahaan, serta melakukan sosialisasi, one-on-one meeting, dan workshop yang saat ini telah rutin dilakukan secara virtual melalui media daring.

Pada tahun 2022, BEI akan fokus pada perluasan produk dan layanan BEI untuk memenuhi kebutuhan pelaku di sektor jasa keuangan yang meliputi penambahan indeks acuan baru, pengayaan produk data informasi Kebursaan, enhancement pada Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) untuk mendukung pengembangan perdagangan Efek Non-Ekuitas, enhancement Taksonomi dan Sistem XBRL.

BEI juga akan melakukan pengembangan produk Derivatif dan Waran Terstruktur, enhancement Sistem e-IPO untuk mendukung proses Penawaran Umum, hingga pengembangan Papan Pemantauan Khusus sebagai bentuk perlindungan investor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement