REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengharapkan teknologi mesin pertanian terbaru untuk lahan kering temuan Balitbang Kementan bisa dimanfaatkan dunia usaha sehingga dapat diperbanyak mulai tahun depan. Hal itu mengingat teknologi tersebut dapat meningkatkan efisiensi budidaya pertanian khusus di lahan kering.
"Saya mau tahun depan ini bisa masuk dalam skala ekonomi dan diindustrialisaiskan," kata Syahrul di Tangerang, Kamis (21/10).
Syahrul mengatakan, inovasi teknologi pertanian harus digenjot sebagai antisipasi menghadapi tantangan perubahan iklim. Tantangan iklim akan menjadi ancaman yang menekan kemampuan produksi sehingga teknologi menjadi cara terbaik untuk mempertahankan bahkan meningkatkan produksi pangan.
Ia pun ingin agar produsen alsintan swasta di Indonesia diprioritaskan melakukan komersialisasi mesin temuan asli Indonesia ketimbang mengimpor mesin jadi dari luar negeri.
"Kita terperangkan dengan hanya memberi lisensi (ke perusahaan) lalu lisensi itu hanya disimpan karena dia juga importir. Alasannya lebih senang, lebih enak pakai barang dari luar," kata Syahrul.
"Ke depan tidak boleh seperti itu. Kalau mau impor harus beli dulu barnag dari Indonesia. Kalau tidak, ya tidak usah masuk di lahan kita. Tapi Kementan tidak bisa sendiri untuk mengatur ini," ujar dia menambahkan.
Adapun teknologi yang baru diluncurkan yakni drone tanam model larik untuk menanam benih padi. Drone dapat bekerja mandiri sesuai pola tanam dengan menggunakan perangkat android dan dipandu dengan global positioning system (GPS).
Kapasitas angkut benih padi pada drone tersebut sebesar 6-10 kg, beroperasi pada ketinggian 1-2 meter, kecepatan kerja 4 km persen jam, dan mampu menanam benih seluas 1 hektare dalam waktu 1 jam.
Pola tanam dibuat menggunakan perangkat android dan dipandu dengan GPS, dan mampu melakukan resume operation. Dengan begitu, operasi yang tertunda dapat dilanjutkan kembali dan tidak terjadi tumpang tindih.
Selanjutnya yaki mesin tanam ubi kayu yang memiliki beragam fungsi mulai dari membuat gundukan tanah dan menanam setek ubi kayu dengan pola satu baris, sekaligus memupuk dan menyemprotkan pestisida secara terintegrasi.
Alat ini bekerja dengan kecepatan 2,74 km per jam dan mampu menghasilkan gundukan dengan ketinggian 20-30 cm serta jarak antar gundukan sebesar 1,3 meter.
Terakhir, yakni alat penanam benih kentang yang mampu menanan benih seluas 1 hektare dalam waktu 5 jam. Alat ini memiliki dua baris jalur penanam dengan jarak tanam 60 cmn dan jarak dalam baris 30 cm. Alat ini ditarik dengan traktor roda empat dengan minimal daya 40 HP yang dilengkapi pula dengan penebar pupuk.