Ahad 17 Oct 2021 22:17 WIB

Penjualan Industri Alat Berat Naik 99 Persen

Peningkatan ini akibat membaiknya pandemi dan naiknya harga komoditas.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja berjalan di dekat alat berat di sebuah proyek (ilustrasi). Kemenperin mencatat, penjualan alat berat naik 99 persen.
Foto: Republika
Pekerja berjalan di dekat alat berat di sebuah proyek (ilustrasi). Kemenperin mencatat, penjualan alat berat naik 99 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri alat berat menunjukkan tren kenaikan penjualan pada kuartal III 2021. Data dari Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) menunjukkan, hingga Agustus 2021, penjualan alat berat di seluruh sektor mencapai 8.821 unit, meningkat 99 persen dari penjualan pada Januari sampai Agustus 2020, yaitu sebanyak 4.440 unit.

"Kabar menggembirakan di industri alat berat ini didukung oleh membaiknya situasi pandemi Covid-19 serta meningkatnya harga komoditas," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, melalui keterangan resmi Ahad (17/10).

Baca Juga

Ia menjelaskan, industri alat berat dikategorikan berdasarkan empat sektor penggunanya, yaitu sektor agro, kehutanan, konstruksi, serta pertambangan.

Peningkatan penjualan terbesar pada Januari sampai Agustus 2021 terjadi pada alat berat di sektor pertambangan yang mencapai 206 persen menjadi 3.062 unit, dari 1.001 unit pada periode sama 2020. Ini didorong oleh situasi harga batubara dan nikel yang masih tinggi, serta perkiraan meningkatnya jumlah smelter nikel yang beroperasi. 

Kemudian, pada alat berat di sektor kehutanan meningkat 84 persen menjadi 1.487 unit. Lalu sektor konstruksi naik 64 persen menjadi 3.449 unit, dan sektor agro sebesar 54,7 persen menjadi 823 unit.

Sementara, produksi alat berat hingga akhir 2021 diperkirakan mencapai 6.000 unit, atau meningkat 75 persen dibandingkan 2020 atau 3.427 unit).

"Sedangkan untuk 2022, kami mendapat proyeksi dari Perkumpulan Industri Alat Berat Indonesia (HINABI), peningkatan produksi akan mencapai 30 persen dari 2021, atau mendekati tren 2018 yang melebihi angka 8.000 unit," kata Agus.

Dilihat dari sektor pengguna, proyeksi pertumbuhan alat berat untuk sektor agro akan dipengaruhi oleh harga minyak nabati (CPO) yang masih akan tinggi. Di sektor konstruksi, permintaan alat berat akan tetap tinggi dengan menurunnya Covid-19 dan berjalannya kemabali proyek-proyek pembangunan. Sedangkan di sektor pertambangan, kebutuhan alat berat tetap besar, mengikuti harga komoditas yang masih tinggi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement