Rabu 13 Oct 2021 09:57 WIB

Dibuka Menguat, IHSG Berpotensi Tertekan Sentimen Global

Investor asing membukukan pembelian bersih sebesar Rp 53 miliar.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pekerja membersihkan patung Banteng Wulung di dekat layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/10). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penguatan pada perdagangan hari ini, Rabu (13/10).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Pekerja membersihkan patung Banteng Wulung di dekat layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/10). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penguatan pada perdagangan hari ini, Rabu (13/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penguatan pada perdagangan hari ini, Rabu (13/10). IHSG dibuka di zona hijau dan menguat sebesar 0,24 persen ke level 6.502,15. 

Sementara itu, investor asing membukukan pembelian bersih Rp 53 miliar. Beberapa saham yang dibeli asing antara lain AASI Rp 21,5 miliar, BBRI Rp 20,1 miliar hingga BUKA sebesar Rp 15,1 miliar. 

Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan, IHSG melemah pada hari ini. Proyeksi tersebut sejalan dengan pergerakan indeks saham global yang cenderung menurun. 

"Indeks saham Asia dibuka variatif dengan kecenderungan melemah setelah indeks saham utama di Wall Street semalam berakhir di zona merah," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Rabu (13/10).

Menurut riset, investor menantikan rilis transkrip pertemuan kebijakan (FOMC Minute) bulan lalu untuk mencari petunjuk kapan bank sentral AS (Federal Reserve) akan mulai melakukan pengurangan (tapering) program bulanan pembelian obligasi yang bernilai masif. 

Investor juga menantikan rilis data inflasi AS dengan ekspektasi inflasi inti tumbuh 4,0 persen yoy di bulan September. Sebagai respons, imbal hasil surat utang Pemerintah  AS bertenor 10 tahun turun 3,5 bps menjadi 1,57 persen. 

Phillip Sekuritas Indonesia menyebut, faktor lain yang menekan kinerja indeks adalah dimulainya musim laporan keuangan kuartal III 2021 di AS minggu ini. Investor telah memangkas proyeksi pertumbuhan laba emiten.

Dari sisi makroeknomi, investor mencerna rilis laporan World Economic Outlook (WEO) terkini Dana Moneter Internasional (IMF). Dalam laporan itu, IMF memangkas pertumbuhan ekonomi global menjadi 5,9 persen di 2021 dari 6,0 persen dan tidak mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2022 di level 4,9 persen. 

"IMF melihat peningkatan ancaman terhadap prospek pertumbuhan eknomi global, terutama dari varian Delta virus Covid-19, gangguan pada rantai pasok, inflasi yang lebih tinggi serta lonjakan harga komoditas energi," tulis riset.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement