REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan akan membangun industri telur dalam jangka panjang. Langkah itu sebagai upaya agar stabilisasi harga telur dalam negeri bisa terjaga sehingga terhindar dari potensi lonjakan maupun kejatuhan harga.
Presiden Peternak Layer Nasional (PLN) Ki Musbar Mesdi, mengatakan, yang harus dibangun pemerintah adalah industri tepung telur. Dengan kata lain industrialisasi telur untuk menghasilkan produk turunan yang bernilai tambah.
Menurut dia, itu bisa mendukung kemajuan koperasi-koperasi peternak layer sehingga bisa memasok produk tepung telur bagi perusahaan industri makanan olahan. Sebab, kata Musbar, sejauh ini Indonesia masih mengimpor penuh tepung telur karena dibutuhkan industri makanan sebagai bahan baku produksi.
"Jika itu dibangun, negara kita tidak perlu lagi impor telur lagi dan pemerintah harus proteksi penuh itu dengan diberikan kepada koperasi peternak. Jangan beri peluang ke perusahaan multinasional untuk impor," kata Musbar kepada Republika.co.id, Kamis (7/10).
Musbar mengatakan, industri tepung telur sangat menjadi kebutuhan saat ini bukan industrialisasi telur ayam. Jika pemerintah justru mendorong adanya industri besar yang ikut berbisnis dalam produksi telur ayam, bisa dipastikan nasib peternak layer akan terancam.
Sesuai aturan pemerintah, produksi telur ayam ras dikuasai sekitar 98 persen oleh peternak layer. Dibukanya ruang lebih luas untuk industrialisasi telur akan mengundang para investor masuk dan mendirikan perusahaan yang menyaingi peternak kecil.
"Apa iya kalau begitu telur akan stabil harganya? Lalu peternak layer bolak-balik demo seperti peternak ayam broiler. Seharusnya kasus yang terjadi pada peternak broiler menjadi pelajaran pemerintah," kata dia.
Seperti diketahui, peternak ayam broiler atau pedaging mengalami masalah kejatuhan harga dalam beberapa tahun terakhir. Para peternak menilai salah satu pemicunya karena perusahaan integrator unggas yang semakin banyak dan ikut memproduksi ayam broiler serta memasarkannya di pasar bebas.
Alhasil, peternak broiler kalah bersaing dengan perusahaan yang memiliki modal kuat.