REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan akan terus berupaya meningkatkan produksi pangan di wilayah Papua Barat untuk meningkatkan ketahanan pangan. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin, mengatakan upaya tersebut akan dilakukan dengan peningkatan berbagai komoditas demi mendukung diversifikasi pangan lokal.
“Kementerian Pertanian akan membuat demfarm percontohan di setiap Kabupaten di Papua Barat. Demfarm ini tidak hanya satu komoditas tapi akan ada berbagai komoditas pertanian yang ditanam bersamaan sehingga pendapatan tidak bergantung pada satu komoditas,” kata Syahrul dalam Siaran Pers Kementan, Senin (5/10).
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry, menambahkan, Balitbangtan siap mendukung program-program peningkatan diversifikasi pangan seperti penyediaan benih unggul dan teknologi budidaya dari hulu hingga hilir serta pengolahan hasil.
Fadjry menambahkan, Balitbangtan saat ini tengah menyiapkan varietas unggul pisang untuk Papua serta Papua Barat, dan telah didistribusikan ke beberapa daerah seperti Merauke, dan Kabupaten Sorong.
Khusus untuk Papua Barat, Balitbangtan telah menyiapkan sekitar 5.000 hingga 10.000 benih unggul pisang yang akan dikembangkan. “Sehingga, diharapkan dari kegiatan integrasi berbagai komoditas pertanian ini akan lebih meningkatkan pendapatan petani di wilayah Papua Barat tentu saja dengan pendampingan teknis yang akan selalu dilakukan secara intens oleh Balitbangtan,” kata Fadjry.
Adapun, benih pisang yang disiapkan adalah pisang varietas barangan. Varietas yang dilepas tahun 2001 ini mampu beradaptasi baik di dataran rendah basah dan memiliki potensi hasil 10 hingga 15 ton per hektare (ha) dengan bobot buah 9-15 kilogram per tandan yang rata-rata memiliki 6-7 sisir.
Pisang barangan memiliki kandungan karbohidrat, vitamin C, kalsium dan betakaroten yang cukup tinggi. Selain itu, pisang ini juga dapat disimpan dalam waktu cukup lama yaitu 15-21 hari, sehingga lebih memudahkan petani dalam mendistribusikan komoditas ini.