Rabu 29 Sep 2021 10:18 WIB

Investor Bersiap Hadapi Dampak Krisis Evergrande

Evergrande dijadwalkan pada pekan ini untuk melakukan pembayaran bunga obligasi.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pejalan kaki melintasi proyek perumahan Evergrande di Beijing, Rabu (22/9).
Foto: AP Photo/Andy Wong
Pejalan kaki melintasi proyek perumahan Evergrande di Beijing, Rabu (22/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Krisis utang Evergrande telah menghantam pasar saham global sejak awal September 2021. Investor pun bersiap menghadapi potensi gejolak yang muncul akibat tenggat waktu pembayaran kupon obligasi yang segera jatuh tempo.

Krisis utang perusahaan properti raksasa tersebut telah mendorong volatilitas di pasar saham global. Hal ini menimbulkan kekhawatiran baik bagi investor besar maupun kecil, dikutip Reuters, Rabu (29/9).

Baca Juga

Evergrande dijadwalkan pada pekan ini untuk melakukan pembayaran bunga obligasi senilai 47,5 juta dolar AS atau sekitar Rp 679,25 miliar. Evergrande juga masih harus melakukan pembayaran kupon obligasi luar negeri sebesar 547,57 juta dolar AS atau Rp 7,8 triliun pada 28 Desember 2021. 

Selain krisis Evergrande, perselisihan politik di Washington atas plafon utang AS juga menjadi sentimen negatif bagi pasar sahan. Kenaikan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS turut menekan pasar saham. 

Dengan kewajiban sebesar 305 miliar dolar AS atau sekitar Rp 4.361 triliun, Evergrande telah memicu kekhawatiran pelaku pasar. Krisis ini dapat menyebar melalui sistem keuangan China dan berimbas ke seluruh dunia.

Pada Senin, bank sentral China berjanji untuk melindungi konsumen yang terpapar pasar perumahan dan menyuntikkan lebih banyak uang tunai ke dalam sistem perbankan. Pemerintah Shenzhen pun mulai menyelidiki unit manajemen kekayaan Evergrande. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement