REPUBLIKA.CO.ID, -- Pasukan Taliban telah menutup bandara Kabul bagi sebagian besar warga Afghanistan yang berharap untuk dievakuasi. Tindakan ini dilakukan ketika Amerika Serikat dan sekutunya menghentikan pengangkutan udara yang kacau yang akan mengakhiri dua dekade pasukan mereka di Afghanistan.
Para pemimpin Barat mengakui bahwa penarikan mereka berarti meninggalkan beberapa warga mereka dan banyak penduduk lokal yang membantu mereka selama bertahun-tahun. Meski begitu mereka berjanji untuk mencoba terus bekerja dengan Taliban untuk tetap mengizinkan sekutu lokal pergi setelah tenggat waktu penarikan pasukan AS oleh Presiden Joe Biden.
Meskipun sebagian besar sekutunya telah menyelesaikan penerbangan evakuasi mereka, AS mengatakan pihaknya berencana untuk mempertahankan penerbangan 24 jam sampai batas waktu.
Menurut angka pemerintah AS, jembatan udara memungkinkan evakuasi 112.000 warga Afghanistan dan negara asing sejak 14 Agustus malam yang takut aka penangkapan Kabul oleh Taliban. Dan ada 117.500 orang yang sudah dievakuasi sejak akhir Juli. Inggris pun sedang melakukan penerbangan evakuasi terakhirnya pada hari Sabtu.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson membahas evakuasi tersebut dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dalam panggilan telepon pada hari Sabt kemarin. "Ketiga pemimpin itu menyetujui fakta bahwa evakuasi warga negara mereka, personel Afghanistan [yang telah bekerja dengan angkatan bersenjata mereka] dan orang-orang dalam bahaya selalu menjadi prioritas tertinggi, serta memberikan pasokan kemanusiaan kepada penduduk. dan pengungsi dari kawasan itu," kata juru bicara Merkel, Stefan Seibert.
Baca juga : Taliban Siapkan Kabinet Baru
Taliban 'siap' untuk mengambil bandara
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan pada hari Sabtu bahwa pasukan kelompok itu memegang beberapa posisi di dalam bandara. Talipun pun menyatakan siap untuk mengambil kendali secara damai ketika pasukan Amerika terbang keluar.
Namun juru bicara Pentagon John Kirby membantah klaim tersebut. Taliban mengerahkan pasukan tambahan di luar bandara untuk mencegah kerumunan besar berkumpul setelah pemboman hari Kamis. Lapisan baru pos pemeriksaan bermunculan di jalan-jalan menuju bandara, beberapa diawaki oleh pejuang Taliban berseragam dengan Humvee dan kacamata penglihatan malam yang diambil dari pasukan keamanan Afghanistan.
Area di mana orang banyak berkumpul selama dua minggu terakhir dengan harapan melarikan diri dari negara itu sebagian besar kosong. Rob McBride dari Al Jazeera, melaporkan dari Kabul, mengatakan sejak Jumat malam, militer AS telah menarik kembali pasukannya. Mereka juga menyerahkan pos penjagaannya kepada Taliban di perimeter luar bandara Kabul dan di beberapa posisi di dalam bandara sebelum batas waktu untuk penarikan terakhir pasukannya pada 31 Agustus.
“Anda bisa merasakan Sabtu malam ini di Kabul bahwa proses evakuasi yang panjang, berlarut-larut, sering kacau dan traumatis ini akhirnya berakhir,” katanya.
Ketika arus pesawat yang meninggalkan Kabul melambat, orang-orang Afghanistan yang berhasil mengamankan diri itu berada berbagai tempatseperti Washington, Philadelphia, Madrid, Birmingham, Inggris, beberapa orang memang merasa lega dan berharap untuk memulai hidup baru mereka jauh dari Taliban. Namun yang lain malah merasa sedih karena harus melarikan diri.
Baca juga : Taliban Izinkan Tenaga Medis Perempuan Afghanistan Kembali
Penerbangan evakuasi ke Inggris misalnya telah mendarat dengan penumpang tambahan pada hari Sabtu setelah awak kabin melahirkan bayi perempuan di udara, sepeti dilaporkan media Turki. Orang tua menamainya Havva, atau Hawa, dan dia setidaknya bayi keempat yang diketahui lahir dari ibu Afghanistan yang melahirkan dalam penerbangan evakuasi.
Taliban memag kini telah mendorong warga Afghanistan untuk tinggal, menjanjikan amnesti bahkan kepada mereka yang berperang melawan mereka. Mereka mengatakan penerbangan komersial akan dilanjutkan setelah penarikan AS. Meski ini tetap tidak jelas karena apakah nanti ada maskapai penerbangan yang bersedia menawarkan layanan itu.
AS dan sekutunya mengatakan mereka akan terus memberikan bantuan kemanusiaan melalui PBB dan mitra lainnya, tetapi keterlibatan yang lebih luas – termasuk bantuan pembangunan. Semua ini kemungkinan akan bergantung pada apakah Taliban memenuhi janji mereka tentang pemerintahan yang lebih moderat.