Senin 23 Aug 2021 19:02 WIB

PTPN X Produksi 146 Ribu Ton Tebu Giling

Kendala PTPN X pada musim giling tahun ini adalah memperoleh bahan baku.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Proses produksi gula dalam pabrik (ilustrasi)
Foto: fxcuisine.com
Proses produksi gula dalam pabrik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X telah memproduksi gula sebesar 146.823 ton dengan tebu digiling 2,07 juta ton, dan rendemen 7,41 persen hingga 18 Agustus lalu. 

Direktur PTPN X Tuhu Bangun mengatakan perusahaan mengawali musim giling tahun ini pada 20 Mei yang dimulai oleh dua Pabrik Gula (PG) yaitu PG Gempolkrep Mojokerto dan PG Ngadiredjo Kediri. 

"Angka produksi yang telah dicapai per 15 Agustus 2021 cukup baik. Sebagai upaya agar target tercapai, kami tetap melakukan monitoring, evaluasi, dan perbaikan setiap harinya, baik di sisi on farm maupun off farm," ujar Tuhu dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (23/8).

Pada sisi on farm, ucap Tuhu, tebu yang masuk pabrik wajib memenuhi standar Manis, Bersih, Segar (MBS) sehingga nantinya rendemen yang dihasilkan juga tinggi. Sementara pada sisi off farmlosses terus ditekan dengan maksimal.

Tuhu menyebut sejumlah tantangan yang dihadapi PTPN X pada musim giling tahun ini, antara lain kompetisi yang ketat dalam memperoleh bahan baku. Namun, ucap Tuhu, PTPN X sudah mempersiapkan berbagai strategi untuk pengamanan tebu dan setelah melewati satu bulan giling terlihat kinerja produksi tebu yang moncer dibanding tahun lalu baik dari jumlah gula yang dihasilkan, jumlah gula milik PTPN X dan rendemen yang naik dari tahun lalu.

"Berdasarkan parameter tersebut, PTPN X optimis akan ada perbaikan dari komoditas tebu jika dibandingkan tahun lalu," lanjut Tuhu.

Selain itu, ungkap Tuhu, PTPN X juga kian gencar melakukan optimalisasi aset dengan dengan memanfaatkan berbagai peluang bisnis yang ada, di antaranya kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk membangun tempat penampungan pasir di Sukowono, pemanfaatan tanah di Ngunut dengan luas 50 hektar yang kemungkinan akan dipakai oleh IAIN Tulungagung, pemanfaatan lahan di wilayah Kediri untuk akses pengembangan Bandara Kediri, dan optimalisasi Kebun Klaten seluas 10 hektar yang dimanfaatkan untuk budidaya berbagai komoditi dan akan ditanami tembakau FIK. 

"Revenue dari optimalisasi aset ditargetkan mencapai Rp 15 miliar," kata Tuhu menambahkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement