REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja ekspor pertanian menjadi yang terendah sepanjang Juli 2021. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat ekspor pertanian pada bulan lalu mengalami penurunan baik secara bulanan (month to month/mtm) maupun tahunan (year on year/yoy).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyampaikan, secara umum seluruh sektor mengalami penurunan ekspor. Namun, penurunan ekspor pertanian paling tajam dengan nilai hanya 290 juta dolar AS.
Angka tersebut tercatat turun 12,08 persen secara bulanan juga anjlok 17,99 persen secara tahunan. Sementara, sektor-sektor lainnya hanya mengalami penurunan secara mtm namun tetap positif jika dibanding bulan yang sama tahun lalu.
"Sektor-sektor lainnya sangat menjanjikan secara tahunan karena tumbuh positif kecuali pertanian," kata Margo dalam konferensi pers, Kamis (18/8).
Margo menuturkan, secara bulanan, penurunan ekspor pertanian disebabkan oleh penurunan ekspor tanaman obat, aromatik dan rempah-rempah juga sarang burung dan cengkeh. Adapun secara tahunan penurunan terjadi untuk tanaman obat, aromatik dan rempah rempah serta komoditas kopi dan sarang burung walet.
Meski mengalami penurunan pada bulan Juli, BPS mencatat secara kumulatif Januari-Juli 2021 ekspor pertanian masih bisa mencatatkan pertumbuhan positif. Yakni sebesar 2,24 miliar dolar AS, tumbuh 8,72 persen dari periode yang sama tahun lalu sebsar 2,06 miliar dolar AS.
Kepala Biro Humas dan informasi Publik, Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri, mengatakan, Kementan terus berupaya untuk mendorong akselerasi ekspor pertanian. Pasalnya, lewat peningkatan ekspor diharapkan dapat membantu proses pemulihan ekonomi nasional.
“Peningkatan ekspor pertanian memiliki peran penting dalam mengentaskan kemiskinan, terutama kalangan petani. Untuk itu, kami siap menggelar karpet merah untuk eksportir sehingga ekspor pertanian kita bisa terus meningkat,” tuturnya.
Ia menambahkan, peningkatan signifikan pada ekspor industri pengolahan juga menjadi catatan khusus bagi jajaran Kementan untuk terus mendorong hilirisasi hasil produksi pertanian.
Seperti diketahui, ekspor industri pengolahan tercatat sebesar 13,56 miliar dolar AS. Angka itu turun 3,63 persen secara tahunan namun tumbuh signifikan 20,15 persen jika dibanding Juli 2020.
"Ke depan kita akan terus memperkuat industri hilirisasi pertanian," katanya