Sabtu 14 Aug 2021 15:42 WIB

Keren, Milenial Gemar Berzakat dan Berwakaf (Bagian-1)

BSI menyediakan fitur-fitur yang memudahkan berzakat dan berwakaf.

Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi (kanan) dan Ketua BAZNAS, KH. Noor Achmad (kiri) menunjuk komitmen sinergi saat Penandatanganan MoU Kerjasama Layanan Kemudahan Zakat antara BSI dan BAZNAS, Rabu (14/4).
Foto:

Pentingnya zakat dan wakaf juga dikemukakan oleh Direktur Baitul Wakaf Rama Wijaya. “Zakat dan wakaf merupakan syariat Islam. Zakat bersifat wajib,  sedangkan wakaf sunnah muakkad ( sangat dianjurkan). Baik zakat, infak maupun wakaf yang sering disebut sedekah jariah,  semua tidak hanya semata bersifat ibadah tapi berdampak langsung pada sisi sosial bahkan kesejahteraan umat,” kata Rama Wijaya kepada Republika.co.id, Jumat (13/8).

Ia menjelaskan, bagi yang menunaikan zakat dan wakaf, di antara hikmahnya akan mengikis sifat kekikiran dan menambah kepedulian dan tentu saja akan menularkan sifat sifat kemuliaan pada sekitarnya. Bagi lingkungan akan menimbulkan keseimbangan sosial, tidak terjadi kesenjangan yang terlalu jauh,  bahkan menimbulkan kasih sayang pada sesama.

Jika kedua hal ini terbangun maka pada akhirnya akan berdampak lebih luas pada kesejahteraan umum.

“Kita membayangkan jika generasi muda memiliki kesadaran untuk  berzakat dan berwakaf, maka timeline media sosial akan dipenuhi dengan informasi positif untuk berbagi dan berperan dalam syiar zakat dan wakaf ini. Apalagi dalam kondisi pandemi yang belum juga usai, semakin banyak orang yang terhimpit dan terpuruk,  maka diperlukan banyak orang yang baik dan peduli untuk membantu dan menyuarakan kepedulian,” kata Rama Wijaya. 

Rama menambahkan, para endorse yang didominasi kalangan milenial itu  tak kalah banyaknya juga melakukan edukasi bahkan ajakan berzakat dan wakaf.  Para tenaga terampil dari kalangan muda semakin banyak yang terlibat dan melahirkan teknologi dalam kemudahan berzakat atau berwakaf yang inovatif.

Bahkan filantropi  zakat dan wakaf akan didominasi dari kalangan usia produktif. “Bila itu semua terwujud,  wakaf sebagai masa depan filantropi bisa bangkit dalam waktu yang tidak lama,” ujarnya. 

Artinya, kata Rama,  bila kesadaran zakat dan wakaf tumbuh maka akan semakin besar potensi Ziswaf (zakat, infak, sedekah dan wakaf)  yang terhimpun pada akhirnya akan menghadirkan sinergi dan program-program yang berdampak signifikan bagi  umat.

“Fungsi zakat akan memenuhi kebutuhan dhururiyah atau kebutuhan utama dan paling penting. Sedangkan wakaf  bersifat sustainable, berorientasi jangka panjang, dan jika jumlahnya signifikan,  maka akan sangat berdampak positif terhadap pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.

Rama mengungkapkan, rentang pengalaman Baitul Wakaf dalam tiga tahun terakhir, Baitul Wakaf sudah sangat sering melakukan kolaborasi dengan kalangan milenial, baik dalam skala kampus, hobi maupun komunitas.

"Respons yang kami dapatkan juga mengejutkan, karena sambutan dan keterlibatan disambut dengan antusias. Bahkan, ada satu komunitas  yang mampu membangun satu masjid dan kami akan membesarkan kolaborasinya untuk membangun kawasan wakaf produktif dan semua mayoritas didukung oleh anak-anak muda kalangan milenial dan gen Z. Pada sektor lain, Baitul Wakaf sendiri tetap menggencarkan program wakaf sawah produktif yang diinisiasi bersama dengan Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH),” paparnya. 

Ke depan,  tantangan para nazhir wakaf adalah bagaimana bisa mengemas program wakaf yang sesuai dengan minat dan dekat dengan kalangan milenial. “Karena secara bertahap literasi wakaf akan tumbuh, maka inovasi programpun sangat diperlukan akan lebih besar menarik minat dari kalangan milenial,” ujar Rama. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement