Jumat 13 Aug 2021 18:48 WIB

Selamatkan Keuangan, Garuda Maksimalkan Angkutan Kargo

Garuda Indonesia juga memprioritaskan rute penerbangan yang profitable.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra. Prayogi/Republika
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra. Prayogi/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia Tbk memutuskan untuk tahun ini fokus untuk meningkatkan angkutan kargo. Langkah ini paling strategis dilakukan perusahaan ditengah pandemi yang menggerus penerbangan penumpang.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan pada tahun ini pertumbuhan angkutan kargo Garuda mengalami pertumbuhan positif. Ia pun memprediksi prospeknya kedepan juga semakin baik.

"Kami terus menerus menyaksikan peningkatan jumlah kargo per penerbangan. Alhamdulilah, beberapa penerbangan internasional kami baik itu ke China maupun tempat-tempat lain saat ini diisi cukup banyak oleh kargo," ujar Irfan dalam konferensi pers, Jumat (13/8).

Irfan menjelaskan dalam setiap kali penerbangan antar negara bahkan bisa membawa 25 ton kargo. "Dengan jumlah yang sangat fenomenal, jadi on average pesawat besar kita yang ke luar negeri terisi di atas 25 ton kargo setiap kali penerbangan," ujar Irfan.

Disatu sisi, untuk bisa menjaga ongkos operasional dan menjaga kondisi keuangan perusahaan Irfan juga memprioritaskan rute penerbangan yang profitable. Sebab, bagaimanapun kata Irfan saat ini Garuda tak bisa lagi mengandalkan keterisian penumpang dan peningkatan jumlah rute penerbangan.

"Kami terus monitor ini dari waktu ke waktu, saya sendiri secara pribadi ingin memastikan semua rute yang kami terbangkan itu betul betul yang profitable dan profitnya itu berbasis dari kargo saat ini karena kami tentu saja belum bisa mengharapkan isian penumpang yang maksimal," ujar Irfan.

Pada tahun lalu, terpukul pandemi Garuda Indonesia merugi 2,44 miliar dolar AS. Tahun lalu, maskapai merah putih ini hanya mampu membungkus pendapatan 1,49 miliar anjlok 67,3 persen dibandingkan 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement