REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) melakukan berbagai upaya efisiensi dan memperbaiki tata kelola keuangan perusahaan agar keuangan PLN makin sehat. Salah satunya adalah PLN melakukan refinancing utang dan menurunkan interest bearing debt.
VP Coorporate Communication PLN Arsyadhani Akamla Putri menjelaskan sejak 2020 perusahaan melakukan upaya pengelolan utang dengan bijak. Salah satunya, PLN juga berhasil menurunkan jumlah interest bearing debt (rasio utang kena bunga) menjadi sebesar Rp 452,4 triliun, turun dibandingkan tahun 2019.
"Pencapaian ini ditopang aksi korporasi PLN berupa pelunasan pinjaman sebelum jatuh tempo sekitar Rp 30 triliun segera setelah diperoleh kompensasi," ujar Arsya kepada Republika.co.id, Kamis (12/8).
Menteri BUMN Erick Thohir juga menyoroti perihal utang PLN ini. Menurut Erick selain melakukan penghematan agar keuangan PLN terjaga, PLN juga perlu melakukan refinancing utang yang saat ini totalnya sampai Rp 500 triliun. "Ini harus diubah ke tenor yang lebih panjang dan bunga yang lebih murah agar bisa menstabilkan kondisi keuangan PLN," ujar Erick.
Erick menjelaskan saat ini salah satu program refinancing yang sudah dilakukan PLN mampu menghemat beban bunga pinjaman sampai Rp 30 triliun. Erick meminta PLN bisa lebih cermat lagi dan mencapai pengehematan yang lebih besar.
Untuk bisa mencapai keuangan yang positif, Erick juga mengatakan pemerintah sudah memutuskan pembayaran kompensasi tak lagi butuh waktu lama. "Yang semula perlu waktu dua tahun, saat ini enam bulan sudah bisa cair ini kompensasi. Saya bu Menkeu dan pak Menteri ESDM sudah membahasa ini dan membuat keputusan ini," tambah Erick.
Harapannya dengan berbagai upaya baik yang dilakukan PLN maupun pemerintah maka bisa menjaga keuangan PLN lebih baik kedepannya. Erick ingin PLN sehat secara keuangan agar bisa bersaing dengan perusahaan multinasional lainnya.