Selasa 10 Aug 2021 12:02 WIB

Keuntungan Saudi Aramco Naik Empat kali Lipat

Kinerja Aramco ditopang kenaikan harga minyak dunia.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fuji Pratiwi
Petugas berjalan di depan kantor Saudi Aramco di Jeddah, Arab Saudi (ilustrasi). Aramco mencatat kenaikan keuntungan hingga empat kali lipat pada semester I 2021.
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Petugas berjalan di depan kantor Saudi Aramco di Jeddah, Arab Saudi (ilustrasi). Aramco mencatat kenaikan keuntungan hingga empat kali lipat pada semester I 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Keuntungan raksasa energi Arab Saudi Aramco melonjak hampir empat kali lipat didorong oleh kenaikan harga minyak karena permintaan global mulai pulih.

Aramco menyampaikan, pelonggaran pembatasan, vaksinasi, langkah-langkah stimulus dan kembalinya kegiatan ekonomi telah mendukung capaian keuntungan tersebut. Harga minyak mentah telah meningkat lebih dari 30 persen sejak awal tahun ini.

Baca Juga

CEO Aramco Amin H Nasser optimistis untuk sisa tahun 2021. Aramco, yang merupakan produsen minyak terbesar di dunia, mencatatkan laba bersih naik 288 persen menjadi 25,5 miliar dolar AS untuk kuartal kedua 2021.

"Hasil kuartal kedua kami mencerminkan rebound yang kuat di sisi permintaan energi di seluruh dunia. Menuju separuh kedua tahun 2021, kami lebih tangguh dan lebih fleksibel, karena pemulihan global mendapatkan momentum," kata Amin Nasser dilansir di BBC, Senin (9/8).

Aramco adalah perusahaan energi besar terbaru yang melaporkan hasil kinerja bisnis yang kuat dalam beberapa pekan terakhir. Bulan lalu, raksasa energi AS, Exxon Mobil membukukan kenaikan pendapatan sebesar 4,7 miliar dolar AS pada kuartal kedua, dibandingkan dengan kerugian lebih dari 1 miliar dolar AS untuk periode yang sama tahun lalu.

Dari Eropa, Royal Dutch Shell, melaporkan laba kuartalan tertinggi dalam lebih dari dua tahun. Dengan ekonomi yang mulai bergerak setelah dilakukan pelonggaran pascapembatasan dan permintaan global pulih, meningkatkan harga minyak.

Minyak mentah Brent terdorong harganya menjadi sekitar 70 dolar AS per barel setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya atau OPEC+, setuju untuk memangkas produksi minyak.

Namun, harga minyak mentah yang lebih tinggi akan berdampak pada para pengemudi kendaraan karena mereka menaikkan biaya bensin. Pekan lalu badan otomotif Inggris, RAC, mengatakan harga bensin negara itu berada pada level tertinggi delapan tahun setelah sembilan bulan berturut-turut naik.

"Harga benar-benar hanya bergerak satu arah saat ini dan bukan itu yang diinginkan pengemudi," kata juru bicara bahan bakar RAC, Simon Williams.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement