REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank BCA Syariah (BCA Syariah) mencatat laba sebelum pajak sebesar Rp 44,2 miliar pada semester I 2021. Angka itu meningkat 18,34 persen year on year (yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 37,3 miliar.
Sementara laba bersih tumbuh sebesar 23,08 persen (yoy). Laba bersih naik dari Rp 28 miliar pada semester I tahun lalu, menjadi Rp 34,46 miliar pada semester I 2021.
"Dengan manajemen aset dan liabilitas optimal, BCA Syariah dapat membukukan laba Rp 44,2 miliar atau tumbuh 18,34 persen pada Juni 2021," ujar Direktur BCA Syariah Pranata dalam Virtual Media Update, Jumat (6/8).
Ia menyebutkan, rata-rata pertumbuhan laba sebelum pajak BCA Syariah 2010 sampai 2020 (CAGR) sebesar 30,87 persen. Angka itu berada di atas rata-rata industri 2010 sampai 2020.
Pranata menambahkan, total aset BCA Syariah tumbuh sebesar 14,32 persen (yoy) pada Juni tahun ini. Dari Rp 8,5 triliun pada periode sama tahun lalu, menjadi Rp 9,7 triliun.
"Pertumbuhan aset BCA Syariah ini didukung oleh peningkatan DPK (Dana Pihak Ketiga) sebesar 13,18 persen," ujar Pranata.
Ia menyebutkan, per Juni 2021 DPK perusahaan sebanyak Rp 6,9 triliun. DPK sebelumnya pada periode sama tahun lalu sebanyak Rp 6,1 triliun.
Presiden Direktur BCA Yuli Melati Suryaningrum menambahkan, meski berbagai tantangan akibat pandemi Covid-19 masih dihadapi, BCA Syariah tidak merevisi targetnya pada Rencana Bisnis Bank (RBB). BCA Syariah menargetkan, tahun ini pertumbuhan laba dan aset di kisaran delapan sampai 10 persen.
"Target itu masih manageable. Kami harap pada Desember 2021, angka tersebut bisa tercapai," kata Yuli pada kesempatan yang sama.
Yuli pun menegaskan, perusahaan belum berencana melakukan aksi korporasi dalam waktu dekat. "Kami masih wait and see situasi saat ini," ujar dia.