REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) bersama Kemenparekraf dan pihak terkait perlu memanfaatkan konten-konten media seperti buku, musik, film, gim, dan aplikasi digital untuk memperluas publikasi dan sosialisasi dari brand keuangan dan ekonomi syariah. Digitalisasi tersebut sedang terjadi dan pandemi Covid-19 ini menjadi akselerator dari percepatan digital.
"Jadi kita perlu cara-cara kekinian untuk mensyiarkan dan mempublikasikan brand keuangan dan ekonomi syariah," ujar Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf, Fadjar Hutomo, dalam kegiatan Sosialisasi Strategi Brand Ekonomi Syariah yang digelar secara daring, Rabu (4/8).
Industri halal, kata Fadjar, memiliki kaitan yang sangat erat dengan protokol kesehatan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental sustainability) yang tengah digaungkan oleh Kemenparekraf/Baparekraf. Selain itu, Kemenparekraf/Baparekraf juga memiliki program-program yang mendukung pengembangan, sosialisasi, dan edukasi dari keuangan dan ekonomi syariah.
"Kami punya Modest Fashion Funders Fund yang merupakan sebuah pitching forum yang mempertemukan startup-startup fesyen Muslim dengan para investor. Kami juga punya program temu bisnis perbankan syariah dan kelas keuangan syariah," ujar Fadjar.
Fadjar juga mengajak KNEKS untuk bersama-sama meningkatkan pengembangan brand keuangan dan ekonomi syariah, terutama di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Di sisi pariwisata, berdasarkan Global Muslim Travel Index 2021, Indonesia berada di peringkat keempat.
Sebelumnya Indonesia berada di peringkat satu. Sehingga ini jadi cambuk bagi Kemenparekraf untuk kembali meningkatkan peringkat di Global Muslim Travel Index ini. Ia memohon dukungan dari KNEKS juga.
Sementara itu, Direktur Utama KNEKS, Ventje Rahardjo, mengatakan, Indonesia punya potensi sangat besar menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia. Namun, literasi dan kesadaran masyarakat Indonesia mengenai keuangan dan ekonomi syariah masih terbilang rendah.
"Untuk menuju ke sana masih banyak tantangan. Masih sedikit masyarakat kita yang mengetahui apa itu ekonomi dan keuangan syariah. Krena itu, kita ingin mendorong agar literasi ini semakin kuat," kata Ventje.