REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia merupakan pasar industri gim terbesar di Asia Tenggara dan menduduki peringkat ke -17 dunia. Tercatat pula terdapat 52 juta penduduk Indonesia yang merupakan gamer.
Memiliki potensi pasar yang besar di Indonesia, Kementerian Perindustrian mendorong para pengembang gim dalam negeri mengoptimalkan peluang saat ini. Sebab pada 2020, pasar gim Indonesia baru dikuasai oleh industri lokal senilai 0,4 persen.
"Artinya, masih tinggi untuk peluang berusaha bagi para pengembang game dalam negeri," kata Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier pada webinar Bangga Game Buatan Indonesia, Selasa (3/8).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Newzoo pada 2016 sampai 2019, revenue industri gim di Indonesia terus mengalami peningkatan signifikan. Pada 2019, Indonesia memperoleh pendapatan sebesar 1,084 miliar dolar AS dari industri gaming and eSports.
Taufiek menambahkan, pada 2016, perangkat yang paling digemari gamer masih didominasi oleh komputer baik desktop maupun laptop. Namun, tren tersebut semakin berubah saat ini.
Tren gamer di Indonesia yang menggunakan komputer sebagai perangkat permainannya mengalami penurunan, dari 39,2 persen pada 2017 menjadi 35,4 persen pada 2018. Sedangkan gamer yang menggunakan ponsel pintar sebagai perangkatnya terus naik, dari 29,9 persen pada 2017 menjadi 33,5 persen di 2018.
Menurut dia, angka tren penggunaan ponsel pintar tersebut diproyeksi akan terus meningkat. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Hootsuite (We Are Social) pada 2019, sebanyak 85 persen dari pengguna ponsel pintar memainkan gim pada perangkat mereka.
Saat ini di Indonesia sendiri, kata Taufiek, pangsa pasar ponsel berbasis Android masih mendominasi dibandingkan dengan ponsel pintar berbasis IoS. Adapun merek ponsel yang selama tiga tahun terakhir ini menjadi penguasa pasar Indonesia adalah Oppo, Vivo, Samsung dan Xiaomi.