REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) menjalin kemitraan dengan Sonatrach, perusahaan minyak asal Aljazair. Kemitraan ini dalam rangka peningkatan kapasitas proyek-proyek minyak dan gas bumi dari hulu hingga hilir.
"Saya sangat berharap kedua tim kerja dapat menindaklanjuti kesepakatan ini dengan diskusi atau lokakarya bersama dan menghasilkan kemajuan yang nyata dan menemukan solusi kreatif dalam menghadapi tantangan yang lebih besar ke depan," kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (29/6).
Nicke menjelaskan memorandum itu mencakup eksplorasi dan produksi minyak bumi di Aljazair, pengiriman minyak mentah dan elpiji, hingga pengembangan energi terbarukan jenis fotovoltaik surya. Menurutnya, nota kesepahaman itu akan memperkuat hubungan antara kedua perusahaan dan membangun ikatan kuat antara Indonesia dan Aljazair.
Lebih lanjut, dia juga berharap Sonatrach dapat memberikan dukungan untuk program dan rencana perluasan operasi bisnis Pertamina di Aljazair untuk tahun-tahun mendatang. Aljazair, yang merupakan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi atau OPEC ini, telah menyetujui undang-undang tentang energi baru pada akhir 2019 dengan menawarkan insentif kepada investor asing termasuk meringankan beban pajak.
Kebijakan itu bertujuan untuk meringankan produksi dan ekspor yang menurun dalam beberapa tahun terakhir akibat konsumsi domestik yang lebih tinggi dan kurangnya investasi asing. Direktur Utama Sonatrach Hakkar Toufik menyampaikan penandatanganan nota kesepahaman dengan Pertamina merupakan hubungan kerja sama yang baik karena ada peluang investasi baru bagi kedua belah pihak.
"Saya ingin memperkuat hubungan kerja sama dengan Pertamina melalui peluang investasi baru dalam bidang minyak dan gas di Aljazair. Kami akan memulai diskusi dengan Pertamina untuk berbagi pengalaman-pengalaman dan memiliki pemahaman yang sejalan dalam isu ini, serta mencari solusi," kata Hakkar.