REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengatakan kondisi pasar keuangan saat ini masih stabil dalam merespons hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Bank Sentral AS (The Fed) pada Rabu (16/6) waktu setempat."Pasar semakin memahami kebijakan karena The Fed sudah menyampaikan arah kebijakan secara jelas," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Kamis (17/6).
Ia memastikan BI akan terus memantau perkembangan global tersebut serta mengantisipasi langkah-langkah lanjutan dari The Fed yang bisa berdampak kepada pergerakan ekonomi dunia. Untuk itu, menurut dia, BI akan memperkuat kondisi domestik sebagai mitigasi dengan stabilitas nilai tukar, mendorong kebijakan makroprudensial dan menjaga pembiayaan untuk pemulihan ekonomi melalui sinergi dengan pemangku kepentingan terkait.
"BI juga akan mengoptimalkan langkah stabilisasi nilai tukar serta berkoordinasi dengan pemerintah untuk menjaga yield surat berharga dalam batas-batas yang normal," kata Perry.
Gubernur Bank Indonesia itu menegaskan bank sentral kemungkinan baru akan merespon kondisi global apabila ada potensi tanda-tanda kenaikan inflasi yang diprediksi paling cepat terjadi pada awal 2022.Sebelumnya Rapat FOMC memastikan The Fed masih akan tetap akomodatif dalam melakukan kebijakan moneter dan masih terlalu dini untuk melakukan tapering off (pengurangan stimulus) dalam waktu dekat.
The Fed juga masih akan melakukan kebijakan pembelian obligasi (Quantitative Easing) dengan mempertimbangkan data-data terkini mengenai inflasi dan pasar tenaga kerja.Berdasarkan pantauan awal, kebijakan tapering off tersebut baru akan dilakukan The Fed pada triwulan I-2022 dan suku bunga (Fed Fund Rate/FFR) akan naik pada 2023.