REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan, kinerja surplus dagang pada Mei 2021 bakal memberikan dorongan bagi pemulihan perekonomian kuartal kedua. Hal itu diharapkan mampu mendongkrak laju pertumbuhan sehingga kembali pada zona positif.
"Saya kira proporsi ekspor impor relatif kecil, tapi jika dilihat impor bahan baku pada April dan Mei itu sudah mengalami peningkatan. Tentu ini nanti akan sejalan dengan ekspornya dan terlihat dalam produk domestik bruto (PDB)," kata Yusuf kepada Republika.co.id, Selasa (15/6).
Neraca perdagangan sepanjang Mei 2021 kembali mencatatkan surplus yang sebesar 2,36 miliar dolar AS. Ekspor tercatat mencapai 16,6 miliar dolar AS sementara impor 14,23 miliar dolar AS. Baik ekspor maupun impor, sama-sama mengalami penurunan dari bulan sebelumnya, namun tetap naik tinggi jika dibanding bulan yang sama tahun lalu.
Yusuf mengatakan, penurunan tersebut memang lebih dikarenakan pola musiman jika melihat pola pada tahun-tahun sebelumnya. Ia pun melihat adanya geliat industri dari data ekspor pertambangan yang sebesar 2,59 miliar dolar AS atau tumbuh 14,29 persen disaat sektor lainnya turun.
Menurutnya, kenaikan itu salah satunya didukung oleh kenaikan harga batubara yang sedang tinggi diikuti permintaan yang juga tinggi. Hal itu menjadi dorongan positif bagi kinerja ekspor nasional dan membantu pemulihan ekonomi.
Adapun dari sisi impor, Yusuf menggarisbawahi impor bahan baku sebesar 10,94 miliar dolar. Meski secara bulanan turun 11,6 persen, namun dibanding bulan yang sama tahun lalu, nilai impor bahan baku tembus hingga 79,11 persen. Hal itu menunjukkan adanya kenaikan signifikan dari kegiatan produksi industri.
"Kami melihat meskipun dinamikanya masih berpotensi berubah, tapi besar kemungkinan dalam kuartal kedua dengan beragam indikator sangat berpotensi pertumbuhan berada di level yang positif," kata dia.
Deputi Kementerian Koordinator Perekonomian, Iskandar Simorangkir, mengatakan, pertumbuhan negatif secara bulanan pada bulan mei 2021 lebih disebabkan faktor musiman. Di mana, menjelang lebaran di bulan April permintaan di dalam negeri meningkat, selain itu hari kerja juga lebih sedikit karena libur lebaran dan libur lainnya.
Meski demikian, surplus tetap dicapai dan merupakan yang ketigabelas kalinya secara berturut-turut sejak tahun lalu.
"Dengan surplus yg semakin besar, berarti angka permintaan secara agregat meningkat secara konsisten sehingga akan mempercepat pemulihan ekonomi nasional, di mana pemerintah menargetkan pada kuartal II akan meningkat diatas 7 persen atau zona positif," ujarnya.