REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia akan mengandalkan sejumlah stimulus ekonomi untuk mendorong peralihan dari dolar AS ke mata uang euro. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi paparan sanksi AS.
Kementerian Keuangan Rusia mendukung transisi ini, termasuk dalam menciptakan insentif regulasi yang sesuai. Dalam pernyataan, kementerian mengatakan tidak mempertimbangkan pembatasan penggunaan dolar oleh perusahaan dalam kebijakan ini.
"Tentu saja, insentif seperti itu tidak dapat mencakup larangan apa pun, hanya metode ekonomi," katanya dalam sebuah pernyataan Senin (7/6).
Rusia telah menjauh dari dolar AS dalam perdagangan internasional sejak AS memberlakukan sanksi pada 2014. Sanksi menyusul pencaplokan semenanjung Krimea dari Ukraina oleh Presiden Vladimir Putin.
Pada 2019, raksasa minyak milik negara Rusia Rosneft memindahkan semua kontrak ekspor minyaknya ke euro. Sebelumnya, Dmitry Timofeev yang mengepalai departemen pemantau pembatasan eksternal mengatakan pemerintah ingin menjadikan Rusia sebagai negara pertama pengguna euro.
"Tujuannya, mungkin, pertama-tama menjadikan Rusia negara pertama euro, sehingga dolar diganti dengan euro," katanya dalam kutipan yang dilaporkan oleh Interfax.
Untuk melakukan hal tersebut, maka dibutuhkan rangsangan atau stimulus dari sisi perekonomian. Stimulasi tersebut bisa berujung positif atau negatif. Secara teori, dimungkinkan juga untuk menggunakan arahan untuk beberapa perusahaan negara.
Namun Kementerian Keuangan membantah adanya larangan penggunaan dolar bagi perusahaan. Pergeseran Rusia dari dolar mencapai tonggak penting karena pangsa ekspor yang dijual dalam mata uang AS turun di bawah 50 persen untuk pertama kalinya pada kuartal keempat tahun 2020.
Pada hari Jumat, Putin mengatakan AS pada akhirnya akan melukai dirinya sendiri dengan menggunakan dolar sebagai senjata sanksi. Namun dia mengakui bahwa perusahaan besar Rusia saat ini lebih memilih dolar banyak transaksi.
Kementerian Keuangan mengumumkan pekan lalu bahwa mereka memotong dolar dari dana kekayaannya dan akan mendistribusikan kembali bagiannya diantara euro, yuan, dan emas.