REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengapresiasi program Santri Developer yang dilakukan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk bekerja sama dengan Perkumpulan Masyarakat Profesional Nahdliyin (Nusantara Utama Cita/NU Circle). Adapun program ini diyakini bisa mencetak para developer yang berasal dari kalangan santri.
Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury mengatakan rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar, namun masih cukup banyak masyarakat di Indonesia yang belum bisa memiliki rumah. Hadirnya developer-developer dari pesantren khususnya yang berasal dari para santri merupakan satu inisiatif yang diharapkan dapat ditingkatkan ke depannya.
“Jadi tentunya penyediaan rumah merupakan salah satu kebutuhan mendasar, sisi lain di Indonesia kita ketahui pengembangan dari wirausahawan merupakan salah satu kebutuhan yang perlu terus ditingkatkan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (7/6).
Pahala mengungkapkan adanya pandemi Covid-19 mengharuskan masyarakat menjaga jarak atau social distancing menimbulkan kebutuhan masyarakat yang lebih besar lagi mengenai makna dari rumah, sehingga hal ini menjadi tantangan bagi para pelaku usaha perumahan agar masyarakat Indonesia bisa memiliki hunian yang sehat dan juga bisa terhubung secara digital.
“Karena seperti yang kita ketahui saat ini hampir tidak ada kegiatan yang tidak bisa dilakukan secara digital termasuk juga webinar, pengembangan bisnis dan lain-lain sebagainya,” katanya.
Pahala menuturkan pelatihan kewirausahaan di Indonesia perlu didorong lebih intensif. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia masih merupakan negara yang tingkat kewirausahaannya masih relatif rendah sekitar empat persen dibandingkan total jumlah penduduk.
“Singapura jumlah wirausahanya sudah mendekati angka kisaran 10 persen, dibandingkan dengan negara-negara lain tentunya Indonesia membutuhkan peningkatan yang sangat signifikan, karena semua sektor untuk bisa dikembangkan tentunya membutuhkan adanya para wirausaha-wirausahawan yang nantinya akan menjadi para pemegang atau motor dengan investasi di masing-masing negara,” ungkapnya.
Peningkatan jumlah wirausaha, lanjut Pahala, sejalan dengan keinginan Presiden Joko Widodo, yang ke depannya Indonesia diharapkan bisa memiliki total jumlah wirausahanya bisa mendekati angka sekitar 14 persen. Adapun upaya ini tentu perlu dorongan banyak pihak, salah satunya BUMN.
“BUMN tentunya merupakan bagian dari masyarakat yang bukan hanya kita diharapkan hanya bisa menciptakan laba saja, tetapi BUMN juga memiliki peran-peran lain seperti memberikan nilai sosial bagi masyarakat Indonesia yang lebih lagi, karena kala tidak, tidak ada bedanya pengusaha swasta dengan BUMN,” ucapnya.
Pahala menegaskan visi tersebut salah satu dari lima fokus pengembangan BUMN yakni bisa menciptakan nilai ekonomi, salah satu sektor yang memberikan nilai ekonomi yang tinggi berasal dari sektor perumahan.
Menurut Pahala sektor perumahan memiliki tingkat kandungan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) termasuk yang paling tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya seperti genteng, kusen, atap dan lain-lain sebagainya. Adapun produk tersebut sebagian besar komponennya diproduksi industri yang ada di Indonesia.
“Nah, untuk itu makanya sektor perumahan salah satu sektor yang kita harapkan bisa dikembangkan oleh BUMN, termasuk dalam hal ini oleh BTN yang memang salah satu fokus pengembangannya bagaimana bisa melakukan pengembangan sektor perumahan,” ucapnya.