REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menekankan upaya penuh untuk memastikan distribusi pangan dilakukan secara merata, salah satunya dengan menjaga pasokan jagung pakan yang dapat berimbas pada harga pangan, khususnya daging ayam dan telur ayam.
Hal ini menjadi perhatian penuh Badan Ketahanan Pangan (BKP). Menurut Kepala BKP Agung Hendriadi, pemerataan distribusi dilakukan dari daerah surplus ke daerah yang kurang ketersediaannya, atau dari daerah yang harga rendah ke daerah yang harga tinggi untuk keseimbangan pasar.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Distribusi dan Akses Pangan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Risfaheri saat berkunjung ke peternak ayam layer di Blitar, Jawa Timur pada Jumat (21/5) untuk memastikan distribusi jagung pakan ke daerah tersebut terpenuhi.
“Sebagai langkah jangka pendek, bantuan biaya distribusi diberikan kepada perternak layer skala kecil, dengan mendatangkan jagung pakan dari daerah NTB yang saat ini sedang panen, sehingga diharapkan dapat menekan biaya pakan dan biaya produksi telur” ungkapnya.
Risfaheri juga mengatakan bahwa kebijakan bantuan biaya distribusi jagung ini merupakan inisiasi Kementan melalui BKP untuk meredam gejolak kelangkaan pasokan jagung untuk para peternak layer skala kecil di Jawa.
"Bantuan biaya distribusi jagung diprioritaskan pada peternak layer skala kecil yang membuat pakan secara mandiri, karena mereka yang sangat terdampak dengan kenaikan harga jagung saat ini," ujarnya.
Saat ini pasokan jagung di Jawa Timur diperkirakan sebesar 719.000 ton yang tersebar di beberapa kelompok usaha seperti pengepul, distributor, dan peternak mandiri.
"Sementara panen jagung di wilayah Jawa diperkirakan baru akan terjadi pada akhir Mei, sehingga diperkirakan jagung pipilan keringnya baru masuk pasar atau didistribusikan pada awal bulan Juni," katanya.
Ditambahkannya, hingga hari ini telah dikirimkan lebih dari 500 ton jagung pipilan kering ke Blitar yang berasal dari Bima, Dompu, dan Sumbawa Barat. Biaya pengiriman tersebut disubsidi oleh pemerintah sekitar 700 rupiah per kilogram.
Sementara itu, Ketua Koperasi Putera Blitar Sukarman menjelaskan bahwa populasi ayam di Blitar mencapai 21 juta ekor, sementara pakan yang dibutuhkan mencapai 1.200 ton jagung per hari.
Koperasi yang diketuai oleh Sukarman sendiri beranggotakan 403 orang dengan populasi ayam mencapai setengah dari total populasi ayam di Blitar yaitu 10 juta ekor "Untuk anggota koperasi kami saja membutuhkan hingga 500 ton jagung per hari" ungkapnya.
“Harga jagung pipilan kering di petani wilayah Jawa mencapai 5.800 rupiah per kilogram, kami berharap dengan terpenuhinya pasokan melalui biaya distribusi dari NTB ke Blitar bisa diakses anggota dengan harga sekitar 5.300 rupiah per kilogram. Hal ini sangat membantu peternak ditengah jatuhnya harga telur on farm saat ini hanya 18.500 rupiah per kilogram” imbuh Sukarman.
Sebelumnya, subsidi distribusi juga menyasar para peternak di wilayah Jawa Tengah yang juga kesulitan dalam memperoleh pakan ternak. Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Kendal, Suwardi mengungkapkan bantuan subsidi distribusi ini sangat berarti baginya beserta anggota. Dengan anggota sebanyak 600 orang dan populasi ternak sebesar 9 juta ekor ayam, kebutuhan pakan jagung mencapai 400 ton per hari.
“Bantuan biaya distribusi ini sangat membantu kami para peternak untuk tetap terus berproduksi, kami harapkan harga pakan nantinya dapat berangsur-angsur turun,” ungkapnya.
Saat ini harga jagung di Kendal berkisar antaral 6.100 sampai 6.200 rupiah per kg dengan kadar air antara 18 sampai 20 persen, jauh dari harga acuan sebesar 4.500 rupiah per kg.