REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Target pertumbuhan ekonomi pemerintah sebesar tujuh persen pada kuartal dua 2021 dinilai masih relevan. Hal ini seiring dengan kepercayaan konsumsi masyarakat yang semakin tinggi.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Samual mengatakan kontraksi ekonomi pada kuartal kedua tahun lalu sangat dalam, sehingga potensi pertumbuhan ekonomi yang moderat pada kuartal ini akan terasa signifikan.
"Dengan tren pertumbuhan ekonomi awal tahun yang bagus, pertumbuhan ekonomi lima persen pada kuartal kedua sudah di tangan. Dengan sedikit dorongan kinerja ekonomi pada periode puasa lebaran dan sisa kuartal ini, target tujuh persen masih sangat relevan," ujarnya kepada wartawan seperti dikutip Senin (17/5).
David menyampaikan kepercayaan konsumsi masyarakat menjadi faktor utama kinerja ekonomi. Meski pemerintah memberlakukan larangan mudik dan pembatasan sosial, masyarakat masih menemukan cara untuk meningkatkan mobilitasnya.
"Bahkan tren belanja online saat ini juga mendorong masyarakat tetap berbelanja meski mobilitas terbatas. Ini justru menjadi modal tren kinerja ekonomi ke depan," ucapnya.
David menyampaikan tren kinerja ekspor pun juga cukup baik beberapa bulan terakhir Pemerintah pun juga memiliki anggaran pemulihan ekonomi yang cukup besar tahun ini.
“Itu juga tentu dimaksimalkan sisa kuartal ini," ucapnya.
Saat ini pemerintah tetap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal dua 2021 sebesar tujuh persen, meskipun pada kuartal pertama tahun ini masih negatif, yakni minus 0,74 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meyakini tren pertumbuhan ekonomi bakal ke arah positif pada kuartal mendatang. Hal ini ditandai oleh sejumlah indikator seperti Purchasing Managers Index (PMI) sebesar 54,6, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di zona optimistis yatu 101,5, dan kinerja ekspor dan impor yang sudah membaik.
Lalu, belanja pemerintah tumbuh positif, serta beberapa sektor yang tumbuh positif seperti informasi dan komunikasi, jasa kesehatan, pertanian, properti dan industri.
“Adanya PPnBM dan PPN ditanggung pemerintah ini sekarang sudah ke arah yang positif, dan terjadi kenaikan yang cukup tinggi. Kita lihat PMTB sudah mendekati 0 atau minus 0,23, ekspor 6,74 persen, bahkan lebih tinggi dari pre-Covid demikian juga impor barang modal dan konsumsi 5,27 persen,” ungkapnya.