REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga riset finansial Moody's Investors Service menyatakan kinerja industri penerbangan global diyakini membaik. Hal ini seiring banyaknya program vaksinasi berbagai negara yang dinilai akan mendorong permintaan sektor tersebut.
Moody's Senior Vice President Jonathan Root mengatakan pandemi yang berkelanjutan menjadi risiko kepada disrupsi sektor penerbangan berbagai negara. “Kami memperkirakan meningkatnya vaksinasi akan menurunkan restriksi perbatasan dan meningkatkan permintaan penerbangan selama 12 hingga 18 bulan berikutnya," ujarnya dalam keterangan resmi seperti dikutip Kamis (13/5).
Menurut dia, perjalanan udara menuju tujuan wisata diperkirakan akan menjadi penyebab utama dari membaiknya kinerja penerbangan pada masa mendatang, yang diikuti dengan perjalanan bisnis. Dia meyakini prediksi ini semakin banyaknya perkantoran berbagai negara yang akan beroperasi kembali pada musim gugur 2021 ini.
“Sehingga mampu memfasilitasi dimulainya pemulihan perjalanan bisnis melalui penerbangan udara,” ucapnya.
Sebelumnya Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mendorong kolaborasi pemangku kepentingan sektor penerbangan melalui digitalisasi serta pengembangan bisnis non aeronautika sebagai strategi tetap bertahan bagi industri penerbangan saat pandemi Covid-19.
"Strategi ini harus dikembangkan dengan baik karena itu bisa menambah pendapatan dan menetralisir tekanan-tekanan terhadap suatu usaha, termasuk sektor penerbangan," katanya.
Menhub juga mendorong kolaborasi para maskapai dengan organisasi penerbangan dunia seperti International Civil Aviation Organization (ICAO) dan International Air Transport Association (IATA), dengan memfokuskan pada pengembangan protokol kesehatan seperti menjaga jarak, pemeriksaan kesehatan, layanan touchless, dan penyemprotan disinfektan agar semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat bepergian menggunakan pesawat di tengah pandemi.