REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk berencana merelokasi hingga menutup 96 kantor cabang pada tahun ini. Adapun penutupan kantor cabang BNI tersebut karena transaksi perbankan sudah berubah ke layanan digital.
Sekretaris Perusahaan BNI Mucharom mengatakan rencana pembukaan, penutupan atau relokasi suatu outlet juga didasarkan pada kondisi bisnis, kebutuhan nasabah, dan juga rencana jangka panjang perusahaan.
“Rencana tersebut juga sudah dituangkan dalam RBB (Rencana Bisnis Bank) 2021. BNI mulai mengoptimalkan layanan digital, sehingga membuat kami harus melakukan pemetaan ulang terhadap jaringan kantor yang dimiliki,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Ahad (9/5).
Menurutnya perseroan akan melakukan pemetaan secara berulang dengan penggabungan cabang-cabang yang berdekatan, sehingga dapat lebih optimal. Adapun strategi tersebut merupakan bagian dari pengembangan digitalisasi BNI.
Namun Mucharom menekankan penutupan outlet tersebut seperti kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor kas dan payment point tidak mengurangi layanan BNI bagi nasabah eksisting maupun masyarakat secara umum. Adapun kebutuhan nasabah dapat dilayani dengan mobile banking, mesin BNI Sonic, ATM maupun CRM BNI.
“Kami juga terus menambah fitur-fitur mobile Banking dan BNI Direct serta layanan e-Channel lainnya. Jadi intinya kebutuhan nasabah dapat dilayani dengan kapabilitas digital BNI yang ada,” ucapnya.
Tercatat per Maret 2021, total jaringan kantor BNI sebanyak 2.233. Optimalisasi jaringan kantor dan shifting layanan ke digital dapat menciptakan efisiensi yang sangat besar dari sisi biaya.
Sementara Direktur Layanan dan Jaringan BNI Ronny Venir mengatakan saat ini semakin sedikit nasabah BNI yang berkunjung ke kantor cabang. Sebaliknya, semakin banyak nasabah BNI menggunakan layanan perbankan digital.
“Terdapat lonjakan transaksi perbankan secara digital atau online, hampir 80 persen dari volume transaksi nasabah BNI dilakukan secara digital atau online. Tinggal sedikit orang yang bertransaksi ke teller jadi transaksi perbankan sudah bisa dilakukan atau di-server (dilayani) dengan jaringan digital,” ucapnya.
Menurutnya penurunan transaksi di teller outlet semakin menurun. Jika dahulu teller biasa melayani 150 sampai 200 transaksi, kini hanya tersisa 40 persen dari jumlah transaksi tersebut.